Diseluruh dunia, setiap tahun ada 12 (dua belas) juta anak meninggal sebelum berusia 5 (lima) tahun, terbanyak pada usia satu tahun pertama. Paling tidak 4-5 juta kematian tersebut disebabkan oleh diare. Di Indonesia diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena 40 % kematian di kelompok usia < 2 tahun disebabkan oleh diare. Angka kejadian diare pada tahun 2000 sebanyak 300 kasus per 1.000 orang. Tingginya kejadian penyakit diare ini dapat menyebabkan kerugian yang besar baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Namun selama ini informasi tentang jumlah biaya akibat penyakit diare masih kurang, khususnya untuk biaya yang ditanggung keluarga akibat balita menderita diare akut. Informasi ini dapat digunakan dalam advokasi ke penentu kebijakan dalam usaha menururkan angka insiden diare.
Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan yang berada di Kecamatan Koja Kotamadya Jakarta Utara, disebabkan karena wilayah ini mempunyai tingkat kepadatan tinggi di DKI Jakarta, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, sosial ekonomi yang kurang, dan banyak pemukiman kumuh yang sangat berpengaruh terhadap kejadian diare.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang biaya yang ditanggung oleh keluarga akibat dan penyakit diare akut pada balita. Penelitian ini difokuskan untuk mendapat gambaran keadaan kerugian biaya bagi penderita yang datang berobat ke puskesmas, karena puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas pelayanan kesehatan. Perhitungan biaya dilakukan terhadap biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya peluang dalam penanganan balita diare. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 balita yang terkena diare akut dan datang berobat ke Puskesmas Tugu Selatan pada bulan Pebruari 2003. Data primer dikumpulkan langsung dari keluarga balita yang menderita diare akut dengan cara wawancara yang dilakukan pada saat kunjungan kerumah 14 hari setelah balita berobat ke puskesmas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare sebesar Rp. 28.040 per episodnya. Jika dihitung rata-rata per hari biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare, yaitu sebesar Rp. 4.210. Komponen biaya tersebut terdiri atas biaya konsultasi sebesar 4,7 %, biaya obat 14,7 %, biaya administrasi 8,4 %, biaya transportasi 6,3 %, biaya konsumsi 5,4 %, biaya peluang 60,6 %. Sehingga tampak komponen biaya yang menyebabkan kerugian biaya terbesar akibat penyakit diare pada balita adalah biaya peluang yaitu sebesar 60,6 %.
Dengan hasil yang diperoleh, apabila dilakukan perhitungan kerugian ekonomi yang menjadi beban masyarakat akibat sakit diare di Jakarta Utara didapatkan angka biaya sebesar Rp. 12.072.986.520 setiap tahunnya. Tampak penyakit diare akan memberikan efek memperburuk status sosial ekonomi masyarakat. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap pelaksanaan program pemberantasan diare, agar kerugian akibat sakit diare dapat diturunkan.
Saran yang disampaikan adalah perlu penelitian perhitungan kerugian biaya akibat diare yang lebih lengkap, meliputi perhitungan kerugian biaya dan pihak pemerintah dan pihak masyarakat, mengingat diare merupakan salah situ penyakit dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi. Bagi divas kesehatan perlu melakukan analisis biaya satuan pelayanan kesehatan di puskesmas dan bagi pemerintah daerah Kotamadya Jakarta Utara perlu memberikan perhatian khusus terutama perbaikan sanitasi lingkungan di pemukiman penduduk, karena sangat berpengaruh terhadap penurunan kejadian diare.
In the whole world, there are 12 (twelve) million children die before five years old in every year; the most is on the beginning of the first year of age. At least 4-5 million of deaths were caused by diarrhea. In Indonesia, diarrhea is still being public health problem because 40% of the death in age group under 2 years old was caused by diarrhea. Diarrhea prevalence in year 2000 was 300 cases per 1000 persons. This high prevalence of diarrhea can cause a big loss to the public and also to the government.But all this time, information about the cost of diarrhea still less, especially for the cost that the family has to bear because of children under five suffering acute diarrhea. This information can be used in advocacy to the policy makers in the way of decreasing diarrhea prevalence.Tugu Selatan Sub district Health Center which located in Koja District North Jakarta being selected as the study location because this area has high population density in DKI Jakarta, low education level rate, low social economic rate, and a lot of slum area that affecting to the diarrhea prevalence.This study is aims at to get the description of financial loss that being a burden of the family as a consequence of diarrhea at children under five. This study being focus to get the description about financial lost of the patient who came to the Health Center, because Health Center is the most important thing in health service facility. Cost calculation was performed to Direct cost, Indirect cost and Opportunity cost in treating diarrhea at children under five. This Study was performed to 42 children under five who have diarrhea and came to Tugu Selatan Health Canter on February 2003. The primary data were collected direct from the family of the children under five who suffering acute diarrhea by interview in their home 14 days after visiting the Health Center.The results of research shows that the average cost that the family spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 28.040 in each episode. If we calculate average cost per day, the cost that being spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 4.210. Component of the cost consists of 4,7 % Consultation Cost, 14,7 % Medicine Cost, 8,4 % Administration Cost, 6,3 % Transportation Cost, 5,4 % Consumption Cost, 60,6 % Opportunity Cost. So that seen the cost component that cause the biggest financial lost because of diarrhea at children under five is opportunity cost which is 60,6The extrapolation to prevalence of diarrhea in North Jakarta use prevalence based study, shows that in North Jakarta is Rp. 12.072.986.520 in every year. Obviously diarrhea will make the social economic status in the community worst. It need to pay more attention to the implementation of diarrhea eliminating program, in order to eliminate the financial lost because of diarrhea.Suggestion for farther action is that it needs more complete study about calculation of financial lost caused by diarrhea, including calculation of financial lost in the government and in the community, considering diarrhea is one of disease with high prevalence and mortality rate. For the Health Service it necessary to perform cost analysis health service unit cost in Health Center and for the North Jakarta Municipality territory government need to give special attention especially in environment sanitary improvement in habitant residential, because it affecting a lot to the diarrhea prevalence reduction.