Sebagai salah satu kebutuhan integratif masyarakat petani pedesaan Jawa, Tayub ternyata tetap hidup meskipun ia telah mengalami sejumlah perubahan fungsi. Berdasarkan ciri-ciri masyarakat petani pedesaan Jawa pada umumnya, maka aktivitas masyarakat dan pranata Desa Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora dan Desa Rejosari Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah, merupakan desa kajian penelitian ini. Selain itu, sebagian besar masyarakat di kedua desa tersebut juga merupakan masyarakat pendukung Tayub.
Berdasarkan hasil penelitian di kedua desa tersebut tergambar bahwa sebagai salah satu media yang dijadikan sarana untuk memenuhi kebutuhan integratif, masyarakat pendukung menyikapi Tayub seperti halnya mereka menyikapi keberadaan slametan yakni sebagai sarana untuk menciptakan keselamatan dan rasa aman, sarana untuk menciptakan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dunia supernatural dalam rangka mempertahankan moral lokal atau tradisi kecil mereka.
Bertolak dari kenyataan tersebut, maka tidak mustahil jika Tayub oleh masyarakat pendukung dianggap merupakan salah satu media yang mampu menampung pandangan, aspirasi, kebutuhan, dan gagasan mereka. Lebih dari itu, Tayub sebagai kebutuhan integratif masyarakat petani pedesaan Jawa pada dasarnya sejalan dengan hakikat keseimbangan, keserasian, dan kenyamanan hidup mereka.
Mereka akan tetap mempertahankan dan menyelenggarakan Tayub sebagai bagian dari kebutuhan integratifnya, sepanjang Tayub mampu menampung pandangan, aspirasi, dan gagasan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anut. Pandangan, aspirasi, dan gagasan petani pedesaan yang lazim diidentikan dengan tradisi kecil akan mengalami perubahan akibat pengaruh tradisi besar yang diciptakan pemegang kekuasaan dan pemerintah.