ABSTRAKMasalah utama penelitian ini adalah : Kehidupan anak jalanan dan Peranan Organisasi pelayanan sosial dalam kehidupan anak jalanan.
Ruang lingkup penelitian ini, yaitu : Pertama; Kehidupan anak jalanan yang meliputi : alasan anak melakukan kegiatan di jalanan, kelompok sosial yang terbentuk dalam kehidupan anak jalanan, wilayah operasi, proses kerja, proses dalam berhubungan sosial, proses mengurus diri, dan ancaman yang dihadapi dalam kehidupan jalanan, serta adaptasi anak jalanan dalam menghadapi ancaman tersebut. Kedua : peran organisasi pelayanan sosial dengan model penanganan Community-based, Street-based, dan Centre-based .
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan. Pertama: Peneliti mengadakan pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian secara umum. Kedua: Melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan yang dipilih, dengan tujuan untuk mendapat kejelasan terhadap informasi yang diperoleh pada pengambilan data tahap pertama. Subiek penelitian adalah anak jalanan yang dibina oleh Yayasan Dian Mitra Senen Jakarta Pusat, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia Pulogadung Jakarta Timur, dan Yayasan Amalia Tanjung Priuk Jakarta Utara. Hasil penelitian dan pembahasan disaiikan secara deskriptif.
Hasil penelitian : Pertama; Anak melakukan kegiatan di jalanan karena membantu orang tua, alasan tersebut pada umumnya dikemukan oleh anak- yang berasal dari keluarga yang tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Alasan lain adalah konflik dengan orang tua, alasan tersebut dikemukakan oleh anak yang berasal dari keluarga yang menolak peran pengasuhan, dan alasan terakhir adalah mencari pengalaman, mereka berasal dari luar Jakarta dan keluarganya tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Kedua; Dalam kehidupan anak jalanan terbentuk kelompok yang didasarkan kepada umur dan lama di jalanan. Masing-masing kelompok memiliki pola hidup yang berbeda dan khas. Perbedaan tersebut ditampilkan melalui proses kerjanya dari magang pada orang lain sampai dengan mandiri, proses berhubungan sosial dari yang terbatas sampai dengan luas, dan proses mengurus diri dari yang belum memperhatikan sampai kepada sudah memperhatikan dirinya. Ketiga; Jalanan bukan merupakan tempat yang aman bagi kehidupan seorang anak. Di jalanan mereka menghadapi banyak ancaman yang pada umumnya datang dari orang dewasa yang seharusnya melindunginya. Ancaman tersebut datang dari petugas, preman, kaum homo, dan dari teman mereka sendiri. Ancaman tersebut mengakibatkan anak jalanan mengalami krisis. Untuk menghadapi situasi tersebut banyak di antara mereka yang melarikan diri ke dalam perilaku negatif atau tindakan kriminal baik yang ringan maupun berat. Keempat ; Dalam masyarakat telah berkembang organisasi pelayanan sosial bagi anak jalanan dengan 3 model penanganan model community-based, pelayanan yang melibatkan anak, keluara dan masyarakat serta pelaksanaaanya berpusat di lingkungan tempat tinggal. Sasaran pelayanannya tidak hanya anak tetapi juga keluarganya. Street-based, pelayanan yang ditujukan untuk memperkecil pengaruh budaya jalanan, pelaksanaannya di lakukan di suatu tempat tertentu atau di tempat anak melakukan kegiatan. Centre-based, pelayanan yang ditujukan untuk mengentaskan anak dari jalanan, pelaksanaannya dipusatkan di tempat bernaung dan anak dipenuhi segala kebutuhannya.
Kesimpulan: Tekanan ekonomi keluarga telah membawa anak untuk melakukan kegiatan di jalanan. Meskipun alasan anak melakukan kegiatan di jalanan beragam, tetapi sumber utamanya adalah ketidakberfungsian keluarga, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya. Ketidakberfungsian tersebut disebabkan karena kemiskinan yang dialaminya. Mereka tidak mampu meng'akses' pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial, serta pelayanan lain yang mereka butuhkan. Oleh karena itu dalam menangani anak jalanan, sasaran intervensinya adalah anak dan keluarganya. Di jalanan anak dibedakan menjadi Anak Anyaran, yaitu anak yang berusia 7 -10 tahun dan belum 1 tahun melakukan kegiatan di jalanan; Anak Madya berusia 11 - 14 tahun yang melakukan kegiatan di jalanan sudah lebih dari satu tahun dan kurang dari 3 tahun; dan Anak Kawakan yang berusia 15 --18 tahun dengan kegiatan di jalanan lebih dari 3 tahun.
Masing-masing kelompok memiliki pola hidup sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mengembangkan pelayanan bagi anak jalanan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu latar belakang keluarga, dan pola hidup mereka di jalanan.