Aids adalah salah satu penyakit yang dianggap dapat menghambat kelangsungan proses pembangunan karena umumnya yang diserang adalah kelompok usia produktif dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat penderita aids. Pers Indonesia yang dikenal dengan sebutan para pembangunan diharapkan ikut terlibat dalam menanggulangi atau menghambat penyebaran penyakit tersebut melalui pemberitaan atau tulisan yang bersifat informatif maupun persuasif. Beranjak dari uraian di atas, maka penelitian ini penulis beri judul INFORMASI AIDS DI SURAT KABAR IBUKOTA.
Subyek penelitian adalah tiga surat kabar ibukota yaitu Kompas, Poskota, dan Media Indonesia periode 24 Nopember sampai 31 Desember 1996. Jumlah tulisan yang dianalisis 50 tulisan. Metode yang digunakan adalah analisis isi. Kategori penelitian yaitu; kategori sumber informasi, sifat pemberitaan, kelengkapan unsur informasi, pemenuhan unsur informasi dasar. serta kategori karakteristik pemberitaan atau tulisan persuasif berdasarkan penggunaan imbauan. Teori yang digunakan adalah teori tentang komunikasi pembangunan dan komunikasi persuasif.
Hasil penelitian menunjukkan; Poskota dan Kompas banyak menggunakan sumber informasi pemerintah, Media Indonesia sebaliknya. Semua suratkabar yang diteliti lebih banyak memuat informasi aids dalam bentuk tulisan yang bersifat informatif dibanding persuasif. Masih banyak informasi aids yang dimuat oleh Poskota dan Media Indonesia yang tidak memenuhi unsur apa, mengapa, dan bagaimana baik dalam tulisannya yang bersifat informatif atau persuasif. Sedangkan untuk Kompas, ketidaklengkapan unsur informasi hanya ditemui pada tulisan yang bersifat informatif. Ketiga suratkabar umumnya jarang memuat ketiga informasi dasar sekaligus dalam satu tulisan. Da1am menyajikan tulisan yang bersifat persuasif, Kompas banyak menggunakan imbauan rasional, Poskota banyak menggunakan imbauan humor, sedangkan Media Indonesia banyak menggunakan gabungan antara imbauan emosional dan rasional.
Kesimpulan penelitian, informasi aids yang dimuat oleh ketiga suratkabar ibukota belum bersifat mendasar. Di samping itu. pers Indonesia ternyata belum banyak berperan sebagai pers pembangunan mengingat informasi yang disampaikan lebih banyak bersifat informatif.