Hasil SDKI 1994 AKI 390/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 1988 450/100.000 kelahiran hidup, penurunannya sangat lambat. Target akhir Pelita VI adalah 225/100.000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan pemerataan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pemerintah telah menempatkan 55.563 bidan di setiap desa di Indonesia . Untuk meningkatkan peran bidan, pemerintah telah memberikan wewenang yang lebih luas kepada bidan dengan dikeluarkannya Permenkes no 572 tahun 1996, dimana bidan dapat mengelola kasus patologi dan risiko tinggi tertentu seperti perdarahan post partum. Agar wewenang ini dapat dilaksanakan, dan tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai, perlu didukung dengan tenaga bidan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi sejauh mana ketrampilan bidan di desa dalam penanganan kasus-kasus patologi / risiko tinggi seperti perdarahan post partum akibat retensio plasenta.
Penelitian dilakukan dengan metode studi kualitatif dengan hasil sebagian besar bidan di desa belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam penanganan perdarahan post partum akibat retensio plasenta, usia masih muda, pendidikan terlalu singkat, belum memperoleh pelatihan klinik dan masa kerja masih pendek serta kelengkapan sarana kesehatan yang tidak memadai yang mempengaruhi ketrampilannya melakukan tindakan manual plasenta.
Setelah diperoleh informasi ini, akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meninjau kebijakan pendidikan bidan agar dapat meluluskan bidan dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan unit pelayanan termasuk di desa, dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan di desa melalui pelatihan klinik serta memenuhi kelengkapan sarana kesehatan di desa,sehingga tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai dan akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu.
Qualitative Study on Skills of Village Midwives in the Management of Post Partum Haemorage due to Placenta Retention in subdistrict Mauk, Tangerang District, West JavaThe 1994 National Population and Demographic Survey reported that Maternal Mortality Rate in Indonesia was 390/100.000 life births as compared to 4501100.000 life births in 1986. The government has set its target to decrease MMR to 50 % at the end of the sixth Pelita, whish is in the year 2003. One national effort to decrease the Maternal Mortality Rate was by producing and deploying 55.563 midwives at the entire villages. Realizing that those village midwives will work at remote areas in managing pathologycal and high risk maternal and child health cases, the Minister of Health increases the midwives authority by launching Perrnenkes no.57211996. This study aims to identify the Village Midwives Skills in managing Haemorrhage Post Partum cases at subdistrict Mauk in West Java. Chasing qualitative approach, data was collected through indepth interview, observation in conducting skills and focus group discussion. Young, unmarried are the dominant profile of 20 ( total permulation) village midwives who were interviewed. The study found that majority of the village midwives are not able in performing manual placenta in Haemorrage Post Partum cases because they did not have enough knowledge and skills in the subject matter, no prior experiences in performing the skills and insufficient medical equipment. The study recommend that decision maker should review and reform the existing Midwifey Education Program in order to produce proffesional midwives, knowledgeable and skillful in providing Maternal and Child Health services at village level. Increasing village midwives knowledge and skills can be done through clinical training, completing the equipment needed.