Beberapa studi mengungkapkan bahwa banyak variabel yang mempengaruhi ibu rumah tangga untuk bekerja di pasar kerja. Variabel - variabel tersebut berupa variabel - variabel ekonomi maupun variabel - variabel non ekonomi. Variabel - variabel ekonomi tersebut antara lain tingkat upah, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, pendapatan maupun kekayaan lainnya. Sedangkan variabel - variabel non ekonomi terdiri dari variabel demografi dan variabel sosial. Variabel demografi antara lain umur, tempat tinggal, umur anak serta jumlah anak dan variabel sosial antara lain tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.
Penelitian ini dimaksudkan agar lebih banyak mengetahui karakteristik ibu rumah tangga yang telah berpartisipasi dalam pasar kerja, baik yang bekerja dengan jam kerja panjang (bekerja penuh) maupun bekerja dengan jam kerja pendek (bekerja tidak penuh). Bekerja penuh adalah bekeja 35 jam atau lebih dalam satu minggu dan bekerja tidak penuh adalah bekerja kurang dari 35 jam dalam satu minggu. Disamping itu untuk mempelajari perbedaan proporsi pekerja ibu rumah tangga yang bekerja penuh menurut karakteristik sosial, ekonomi, serta demografi yang diperhatikan di Indonesia. Dalam pasar kerja. fungsi penawaran pekerja adalah sejumlah jasa yang ditawarkan (banyaknya waktu yang disediakan untuk bekerja) oleh pekerja pada suatu tingkat upah tertentu.
Studi ini menggunakan data Sakerti 1993. Karena data upah tidak tersedia bagi semua pekerja ibu rumah tangga, maka sebagai gantinya dianggap yang paling menentukan jam kerja pekerja ibu rumah tangga adalah status pekerjaan serta variabel individu lainnya, yang merupakan variabel pengontrol yaitu umur anak, jumlah anak, tingkat pendidikan, tempat tinggal dan umur ibu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa status berusaha, buruh/karyawan dan pekerja keluarga merupakan kelompok - kelompok pekerjaan yang jam kerjanya bebeda - beda. Disamping itu pekerja ibu rumah tangga biasanya mempunyai sifat bukan penghasil pendapatan yang utama tetapi hanya merupakan kegiatan yang sifatnya membantu menambah pendapatan keluarga. Responden yang dianalisa dalam penelitian ini adalah wanita usia 15 - 49 tahun yang bekerja dan bersatus kawin (pekerja ibu rumah tangga) yang seluruhnya berjumlah 2314 orang. Dari responden tersebut yang bekerja penuh sejumlah 1229 orang dan yang bekerja tidak penuh 1085 orang.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. yaitu analisis statistik diskriptif dan analisis inferensial. Analisis statistik diskriptif dilakukan dengan menyajikan tabulasi silting berdimensi dua atau lebih. Analisis deskriptif ini dipergunakan untuk mempelajari perbedaan proporsi kelompok responden tertentu berdasarkan beberapa variabel yang diperhatikan. Disamping untuk mengetahui besarnya ukuran asosiasi parsial yang menunjukkan besarnya perbedaan variabel bebas terhadap variabel lainnya yang ditetapkan sebagai variabel tak bebas. Analisis inferensial dilakukan untuk mempelajari perbedaan antar variabel bebas terhadap variabel terikat yang berupa jam kerja. Selain itu akan dihitung nilai estimasi proporsi ibu bekerja penuh menurut variabel status pekerjaan utama, umur anak terakhir, pendidikan ibu, jumlah anak, daerah/tempat tinggal dan umur ibu yang diperhatikan, Dalam hal ini digunakan enam model logistik.
Dari hasil studi diperoleh karakteristik sosial, ekonomi, demografi ibu rumah tangga yang bekerja penuh dan tidak penuh sebagai berikut:
Dilihat dari status pekerjaan, secara keseluruhan baik yang bekerja dengan jam kerja penuh maupun jam kerja tidak penuh presentase terbesar adalah pekerja ibu rumah tangga yang mempunyai status pekerjaan berusaha, sedangkan presentase terendah adalah pekerja keluarga. Demikian pula apabila diperhatikan menurut kelompok pekerja yang bekerja penuh. Untuk pekerja yang bekerja tidak penuh presentasi tertinggi adalah berusaha, presentase terendah adalah buruh/karyawan dan untuk pekerja keluarga menduduki urutan kedua.
Berdasarkan kelompok umur anak terakhir, untuk yang bekerja penuh , tidak penuh meupun secara keseluruhan, sebagian besar mempunyai anak terakhir bukan balita.
Dari segi pendidikan, ternyata sebagian besar pekerja ibu rumah tangga adalah berpendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD) kebawah. Kemudian berturut-turut adalah untuk kelompok tamat SD, tamat SLTA dan tamat SLTP. Apabila dkelompokkan menurut kelompok yang bekerja penuh dan tidak penuh, urutannya juga sama, yaitu terbesar pekerja yang berpendidikan tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP dan tamat SLTA.
Menurut kelompok jumlah anak, secara keseluruhan pekerja ibu rumah tangga mempunyai anak yang jumlahnya sedikit yaitu jumlahnya paling banyak tiga orang. Demikian pula menurut kelompok jam kerja penuh maupun tidak penuh yang diperhatikan, maka pekerja ibu rumah tangga juga memiliki anak yang jumlahnya sedikit.
Apabila diperhatikan tempat tinggalnya, ibu rumah tangga yang bekerja penuh sebagian besar tempat tinggalnya di pedesaan. Demikian pula untuk yang bekerja tidak penuh. Dengan demikian, secara keseluruhan pekerj ibu rumah tangga sebagian besar berada di pedesaan.
Selanjutnya diperoleh informasi bahwa sebagian besar pekerja ibu rumah tangga adalahberumur antara 30-39 tahun, dan berturut-turut kelompok 40-49 dan terendah kelompok 15-29 tahun. Untuk kelompok ibu yang bekerja penuh maupun tidak, juga sebgaian besar berusia 30-39 tahun dan berturut-turut kelompok umur 40-49 serta 15-29 tahun.
Berdasarkan analisa dan pembahasan : secara deskriptif dan inferensial dapat disimpulkan:
Proporsi bekerja penuh disektor yang berusaha lebih besar dari pada pekerja keluarga, demikian pula untuk buruh/karyawan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada pekerja keluarga
Dengan memperhatikan umur anak, khussu untuk yang mempunyai anak balita, proporsi bekerja penuh yang berusaha lebih besar dari pada pekerja keluarga. Untukburuh/karyawan yang mempunyai anak balita proporsi bekerja penuhnya juga lebihbesar dari pada pekerja keluarga. Demikian pula halnya dengan pekerja yang memiliki anak terakhir bukan balita, proporsi bekerja penuh untuk yang berusaha lebih besar dari pada proporsi bekerja penuh pekerja keluarga. Juga untuk buruh/keryawan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada pekerja keluarga.
Dari kelompok umur anak dan pendidikan, diperoleh informasi bahwa secara umum proporsi bekerja penuh yang berusaha untuk yang memiliki anak balita baik pendidiknnya tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih besar dari pada pekerja keluarga atau kelompok umur dan pendidikan yang sama. Kecuali untuk yang berusaha memiliki anak balita pendidikannya tamat SLTA proporsi bekerja penuh lebih kecil dari pada pekerja keluarga, bahkan untuk kelompok tamat SLTA yang berusaha cenderung bekerja tidak penuh sedangkan pekerja pekerja keluarga cenderung balita baik pendidikannya tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih besar dari pada pekerja untuk kelompok yang sama. Sedangkan buruh/karyawan yang pendidikannya tamat SLTA, mempunyai anak balita walaupun cenderung bekerja penuh, tetapi proporsinya lebih kecil dibandingkan dengan pekerja keluarga yang bekerja penuh untuk kelompok yang sama.
Untuk kelompok umur anak dan jumlah anak, baik ibu rumah tangga dengan anak balita maupun bukan dan jumlah anaknya sedikit maupun banyak proporsi bekerja penuh yang berusaha maupun buruh/karyawan lebih besar dari pekerja keluarga. Namun demikian untuk buruh/karyawan yang memiliki anak balita dan jumlah anaknya banyak proporsi bekerja penuhnya lebih kecil dari pada proporsi bekerja tidak penuh. Dengan demikian untuk kelompok ini cenderung bekerja dengan jam kerja pendek.
Menurut kelompok umur anak dan tempat tinggal yang diperhatikan, ibu rumah tangga yang bekerja penuh, memiliki anak balita atau bukan, bertempat tinggal di pedesaan atau di perkotaan, status pekerjaannya berusaha atau buruh/karyawan, proporsinya lebih besar dibandingkan denga pekerja keluarga menurut kelompok yang sama. Yang menarik dari hasil temuan ini adalah bagi buruh/karyawan yang memiliki anak balita, tempat tinggalnya di pedesaan, proporsi ibu yang bekerja penuh lebih kecil dari pada proporsi ibu bekerja tidak penuh. Juga untuk pekerja keluarga yang memiliki anak bukan balita tinggal di perkotaan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada proporsi bekerja tidak penuh.
Apabila kelompok umur anak dan tempat tinggal yang diperhatikan, secara umum proporsi ibu bekerja penuh baik memiliki anak balita atau bukan, status pekerjaannya berusaha atau buruh/karyawan lebih besar dibandingkan dengan proporsi bekerja penuh pekerja keluarga untuk kelompok umur anak dan kelompok umur ibu yang sama. Namun demikian buruh/karyawan yang mempunyai anak balita berumur 40-49 tahun cenderung bekerja tidak penuh. Sedangkan pekerja keluarga yang memiliki anak bukan balita berumur 15-29 dan 30-39 senderung bekerja penuh.
Berdasarkan besarnya asosiasi parsial dalam analisa deskriptif dan dari besarnya nilai p<0,05 dalam analisa inferensial, secara umum terdapat perbedaan yang berarti antara variabel sosial, ekonomi dan demografi yang diperhatikan terhadap jam kerja ibu rumah tangga. Dari hasil perhitungan odd rasio, ada perbedaan kecenderungan ibu rumah tangga bekerj apenuh menurut tiap kelompok variabel bebas yang diperhatikan. Menurut analisa deskriptif dan inferensial, sebagian besar ibu yang berusaha maupun buruh/karyawan mempunyai kecenderungan bekerja penuh, sedang untuk pekerja keluarga mempunyai kecenderungan bekerja tidak penuh.
Dalam studi ini dikemukakan implikasi kebijakan sebagai berikut:
Perlu ditingkatkan pengetahuan pekerj aibu rumah tangga yang memiliki pendidikan rendah, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal seperti kursus-kursus dan pelatihan agar produktivitas dan keterampilan kerjanya meningkat. Pelaksanaan pendidikan bagi pekerja tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama anatara lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait lainnya seperti Universitas khususnya Lembaga/Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat.
Perlu dipikirkan alternatif kesempatan kerja yang produktif, mengingat sebagian besar pekerja ibu rumah tangga yang tempat tinggalnya di pedesaan bekerja tidak penuh. Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan mendirikan industri-industri rumah tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian di desa, misalnya industri kerupuk singkong, anyaman bambu dan industri kerajinana tangan yang sesuai dengan potensi desanya.
Bagi yang mempekerjakan ibu usia 30-39 tahun, perlu memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan kehamilan, kelahiran dan perawatan anak terutama yang masih balita. Perlu disediakan tempat-tempat penitipan anak yang dekat dengan tempat kerja, khususnya bagi ibu bekerja penuh dan masih memiliki anak balita.