ABSTRAKTuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Perilaku kepatuhan/keteraturan berobat merupakan kunci utama dalam pemberantasan penyakit ini. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru yang berobat di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 1996. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita TB paru yang berobat pada bulan September dan Oktober; sedangkan sampel yang diambil berjumlah 128 orang, merupakan seluruh penderita TB paru yang berobat di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, yang mendapat pengobatan jangka pendek dengan paduan OAT dan sudah teratur datang korrtrol ulang sesuai anjuran dokter selam 3 sampai 5 bulan. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan kurang patuh dilihat dari tanggal kedatangan. Pengumpuian data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara wawancara langsung dengan penderita TB paru, berpedoman pada kuesioner yang telah dibuat.
Hasil analisis univariat membuktikan bahwa sebanyak 81 orang (63,2%) kurang patuh berobat dan yang patuh berobat 47 orang (36,8 %). Hasil analisis bivariat terhadap B variabel bebas dengan variabel terikat, ternyata menghasilkan 2 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p <0,05). Pertama, yaitu antar variabel pengetahuan dengan perilaku kepatuhan berobat , nilai Odds Ratio 2,63 (95% CI:1,14-20,66 p=0,026), yang berarti bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang berpengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru akan berperilaku 2,6 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Kedua, yaitu antara variabel jarak dengan perilaku kepatuhan berobat dengan nilai Odds Ratio= 2,74 (95%Ci: 1,19-6,33 p=0,014) menunjukkan bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang merasa jarak tempat berobatnya jauh, mempunyai kemungkinan 2,7 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang merasa jarak tempat berobatnya dekat.
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari 8 variabel bebas yang diambil sebagai model, temyata hanya satu variabel yang mempunyai hubungan bermakna ( p< 0,05), yaitu jarak dengan nilai Odds ratio 2,8 p=0,01. ini membuktikan bahwa setelah terjadi interaksi antar variabel, ternyata hanya variabel jarak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru. Model regressi yang dibuat ternyata dapat menjelaskan sebanyak 69,5 % variasi kepatuhan berobat sebagai dependen variabel, yang sangat dipengaruhi oleh jarak tempat berobat.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jarak (Km, waktu dan kemudahan) untuk mencapai tempat berobat merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan berobat penderita datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter, dengan tidak menyampingkan faktor faktor lainnya.
Meningkatkan motivasi dengan kunjungan rumah oleh petugas secara berkala minimal 1-2 kali dalam masa pengobatan dan mendekatkan pelayanan kesehatan (merujuk ke puskesmas terdekat) untuk pengobatan selanjutnya merupakan suatu afternatif yang terbaik. Tentunya dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas yang diharapkan minimal mendekati sama dengan pelayanan di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Disamping itu perlu meningkatkan pendidikan kesehatan kepada penderita TB paru yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang penyakit TB paru.
Factors with Relationship to Medical Compliance Behavior of Patients with Lung Tuberculosis at the Jakarta Persahabatan Hospital in 1996Lung Tuberculosis (TB) is still a serious public health problem in developing countries, including Indonesia. Medical compliance is the key to the control of this disease. Therefore it is important to know factors which has relationship with medical compliance of TB patients.
The goal of this research is to find out factors which have relationship with compliance behavior of TB patients who are treated on a short term program with anti tuberculosis medication at the Jakarta Persahabatan Hospital. The research was performed in September and October 1996, using a cross sectional approach. The population consist of all patients treated on a short term program with anti tuberculosis medications at the Jakarta Persahabatan Hospital on September and October 1996. Purposive sampling resulted in a total of 128 samples, all lung TB patients who were treated on a short term program with anti tuberculosis medications and did comply with medical regimens for 3 to 6 months. Compliance were devided into two categories, compliance and noncompliance to consistancy and regularity in time of monthly check up according to doctor's advise. Data were collected by the researcher herself by means of a quetinnaire with previously fixed respons options.
Statistical univariate analysis shows that 81 patients (63,2%) do not comply and 47 patients (36,8%) do comply with medical regimens. Bivariate analysis between the eight independent varibles (knowledge, attitude, perseption, distance from medical facility, availability of medications in the Pharmacy, health provider's attitude, relative's attitude and colleage friend's attitude) with the dependent variable (compliance) resulted that only two variables has significant relationship ( p<0,05 ), which are: Between knowledge with medical compliance with Odds Ratio of 2,63 (95% CI; 1.14 - 20.66, p=0.026), which means that among noncompliers those with low knowledge about tuberculosis, its prevention and control, will behave 2.63 times more often neglect doctor's advise to follow the medical regimens, compared to those with good knowledge.
1) Between distance to health facility with medical compliance with Odds Ratio of 2.74 (95% Cl; 1.19 - 6.33, p=0.014), which means that among the noncopliers those patients who feel the distance is far, will behave 2.74 times more often neglect doctors advise to follow the medical regimens, compared to those who feel the distance is short.
2) Multivariate analysis with logistic regression between the eight independent variables with the dependent variable (compliance behavior) shows that only one variable, which is between the distance to health facility with medical compliance has a significant relationship (OR 2.8; p=0.01). This means that after interaction within the independent variables and dependent variable, only "distance" has the strongest influence toward medical compliance of TB patients. The regression model explains that 69.5% variation of medical compliance as dependent variable are influenced by "distance". This conclude that in this research, distance (in Km, time spend and convenience) to reach the health facility is the most important factor which influence compliance with medical regimens of TB patients, without neglecting other factors.
Patient compliance can be improved by regular visits (1-2 times during medical treatment) of health personnel and also referral to the closest Heath Center may solve distance problems. Heath education to be match with patient's education and knowledge is another task to improve compliance of TB patients.