UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Hubungan kualitas udara dalam ruangan dengan kejadian sindroma pencakar langit: studi krosseksional di kantor Gubernur DKI Jakarta 1996

Sayid Muhadhar; Umar Fahmi Achmadi, supervisor; Akmal Hadi, supervisor ([Publisher not identified] , 1996)

 Abstrak

ABSTRAK
Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara, pencemaran udara terjadi karena peningkatan perindustrian, perubahan perilaku masyarakat dan turunnya daya dukung alam (Carrying capacity).
Keadaan udara dapat dibagi dua bagian yaitu keadaan udara diluar ruangan dan keadaan udara didalam ruangan. Keadaan udara didalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatam manusia karena lebih dari 80% keberadaan manusia ada dalam ruangan.
Kualitas udara dalam ruangan. dipengaruhi oleh bahan bangunan, perlengkapan ruangan, keadaan udara diluar ruangan, kepadatan ruangan, perilaku penghuni ruangan dan sistem ventilasi. Kualitas udara dalam ruangan yang relatif jelek dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti: hidung tersumbat, kepala pusing, iritasi inata , iritasi kulit, batuk, sakit kepala, kerongkongan leering, pegal, mual, lesu dan sesak nafas, bila penghuni rungan mengalami ± 213 dari gangguan kesehatan tersebut diatas dan gangguan tersebut hilang setelah beberapa saat keluar dari ruangan, kejadian demikian disebut sindroma pencakar langit. Kejadian sindroma pencakar langit tidak hanya disebabkan oleh kualitas udara dalam ruangan jelek tetapi juga dapat disebabkan oleh beban kerja, physiko social , ergonomi kerja, lama berada dalam ruangan dan status gizi karyawan. Pada penelitian ini hanya menghubungkan kejadian sindroma pencakar langit dengan kualitas udara dalam ruangan dengan kadar oksigen, CO, C02, NOx , formaldehid, koluni bakteri, koloni Jamur, kecepatan aliran udara, kelembaban, suhu clan debu.
Kantor gubernur terdiri dari 24 lantai untuk menjaga kesegaran udara dalam ruangan digunakan sistem pengatur udara terpusat. Dori 24 lantai 4 lantai (4 ruangan) menjadi unit analisa penelitian, setelah dianalisa kadar parameter kualitas udara dalam ruangan masih dibawah nilai ambang batas, tetapi kadar oksigen mendekati nilai ambang batas yaitu 19,5% (NAB 19%).
Setelah dianalisis bivariat didapat kadar formaldehid dan jumlah koluni bakteri memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sindroma gedung pencakar langit dan kadar formaldehid di ruangan biro umum 0,16 ppm jumlah koluni bakteri 33 kolunilpetri, kadar formaldehid diruang biro kepegawaian 0,022 ppm jumlah koluni baktri I7 kolunilpetri, kadar formaldehid diruang biro lingkungan hidup 0,22 ppm clan kadar koluni kuman 83 kolunilpetri, kadar formaldehid di ruang biro kakda 0,16 ppm dan kadar koluni baktreri 13 kolunilpetri.
Karena kadar formaldehid dan jumlah koluni bakteri memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sindroma gedung pencakar Iangit maka diberikan pembatasan ruangan yang memilki kadar formal dehid 31,29 p. g/tn3 udara dan koluni bakteri 33 kolunilpetri dinggap memiliki kualitas udara rendah.
Dari justifikasi diatas didapat kualitas udara ruangan biro umum dan kualitas udara ruangan biro lingkungan hidup memilki kualitas udara relatif jelek, untuk keperluan analisis selanjutnya maka populasi yang berada diruangan biro umum clan ruangan biro lingkungann hidup dinggap sebagai kelompok terpapar.
Setelah dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat tidak didapat perbedaan yang bermakna kejadian sindroma gedung pencakar langit pada kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar, tetapi resiko mendapat sindroma gedung pencakar langit pada kelompok yang terpapar 1,26 - 1,68 kali mendapat sindroma gedung pencakar langit dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar (OR=1,26-1,68).
Gangguan kesehatan yang paling banyak dirasakan adalah: kerongkongan kering, lesu (67,5 %), pegal (65%), hidung tersumbat (60%), batuk, sakit kepala, kepala pusing (55%), mual (52,5%), iritasi mata (42,5 %) dan sesak nafas, iritasi kulit (22,5%)

Assosiation of between Indoor Air Quality to Sick Building Syndrome (Crossecsional Study in Governoor Office DKI Jakarta 1996) The air pollution is countries development problem, that is increas industrial, change behavior public and natural get low carrying capacity.
The air quality is situation two know that is outdoor air and indoor air. The indoor air quality to have influence health effect because the indoor human around most 80 %.
The air indoor quality to influence by contraction material, outdoor air quality, equepment, employer density, employer behavior and ventilation system. The low indoor air quality to make rise health impertububle so sinus congestion, dizzines, nausea, shortness of breath, skin iritation, fatigue, headache, dry throat and eye irritation. The if employer to experience ± 213 health impertubable and just moment lossed at outdoor is sick building syndrome. The sick building syndrome not be only to low indoor quality but it works loading, ergonomic, indoor duration and health status. The study was only assosiated of sick building syndrome to indoor air quality as oxigen. CO, C02, NOX, fomaldehide, colonyfungi, colonybactery, velocity, humidity, temperature and dust.
The governor office to existingfloor 24th, to keep indoor freshing to make air conditioner central system. The exist floor 24th and than 4 floor (space) to appoint analyze unit study. The analized to chemistry concentration indoor air to low still threshold limit value but concentration oxigen nearest threshold limit value so 19,5 % (TLV 19%).
The analized of bivariat be acquired is formaldehide concentration and colony bactery to have significant as sick building syndrome, that is space public 0,16 ppm and colony bactery 33 colony/plat, formaldehide concentration in space employer 0,022 ppm and colony bactery 17 colony/plat, formaldehide concentration is space living environment is 0,22 ppm and the sum colony bactery 83 colony/plat, formaldehide concentration in space kakda 0,116 ppm and the sum colony bactery 13 colony/plat.
The formaldehide concentration and the sum colony battery is significant as sick building syndrome therefore do it limited give to formaldehide 0,16 ppm and colony bactery 33 colony/plat to know low air quality.
The justificated is public space and living environmental space to have low indoor air quality, and then continue analyzed necessaries then public population space and living environmental population spce to concidered at risk population (exposure group).
The chi squared analyzed so then not significant of sick building syndrome to exposure group with non exposure group. Butat risk sick building syndrome to exposure group 1,26-1,68 time to sick building syndrome on account of non exposure group.

 File Digital: 1

Shelf
 T4686-Sayid Muhadhar.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1996
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : ix, 80 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-17-186709454 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 80052
Cover