ABSTRAKPenulisan tesis ini berdasarkan hasil penelitian, metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang penataan ruang Silimo secara utuh adalah metode kualitatif. Analisa ruang Silimo ini merupakan hasil pengamatan lapangan terhadap tiga buah ruang Silimo yang masing-masing berada di desa Jiwika, desa Waga-Waga, dan desa Wenabubaga, kecamatan Kurulu, kabupaten Jayawijaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan terlibat, wawancara mendalam dan wawancara tak terstruktur.
Berdasarkan metode penelitian tersebut di atas, penulis telah menemukan beberapa informasi penting. Di antaranya, informasi yang menyebutkan bahwa menata ruang Silimo senantiasa mendasarkan pada sebuah pandangan mikrokosmos. Hal ini tercermin dari ketiga ruang Silimo yang ada di tiga desa penelitian tersebut di atas dan ketiganya mencerminkan organ tubuh manusia secara utuh.
Dalam penataan ruang Silimo tersebut selalu terdiri atas: 1. Pilamo (ruang untuk laki-laki), melambangkan sebagai kepala manusia. Maknanya adalah kaum laki-laki dianggap sebagai kepala rumah tangga yang sudah sepantasnya mendapat penghormatan. 2. Ebeai (rumah kaum perempuan) yang. melambangkan tangan kanan manusia, sebagai pelaksana dari keinginan kepala. 3.Wam dabu (kandang babi) dan hunila (dapur) melambangkan tangan kiri manusia. 4. Mokari (pintu masuk ruang Silimo) melambangkan kaki manusia. 5. Bakte (sebuah cekungan yang ada di halaman silimo) melambangkan jantung dan halaman silimo melambangkan tubuh manusia, tempat ini Pula yang biasa digunakan untuk memasak pada waktu upacara adat.
Penataan ruang Silimo, juga didasarkan pada keyakinan terhadap keberadaan makhluk halus yang dapat mengganggu manusia sewaktu tidur. Hal ini terlihat pada bentuk honai (bangunan yang dipergunakan manusia untuk tidur), yakni pilamo dan ebeai. Pilamo berbentuk bulat seperti jamur, berpintu masuk satu. Pilamo tegak lurus dengan pintu terdapat benda pusaka, yang dipercayai sebagai penangkal setan dan dibuat tanpa jendela. Bentuk tersebut diharapkan oleh orang Dani sebagai wahana dalam penangkal gangguan mochat (setan) yang akan mengganggunya sewaktu tidur (istirahat).
Penatan ruang Silimo juga dipengaruhi oleh keberadaan benda-benda adat yang dianggap sakral, biasanya diletakkan dibagian bawah ruang pzlamo (agaroba) dan penempatannya harus secara khusus, karena jika salah penempatan, diyakini sebagai penyebab terjadinya bencana alam, seperti banjir, gempa bumi dan angin topan.
Orang Dani juga berpedoman pada arah mata angin seperti barat, timur, utara dan selatan. Arah barat digunakan untuk meletakkan wajah dari orang yang sudah meninggal, dalam posisi siap diperabukan. Arah timur digunakan oleh orang Dani saat mengikuti upacara menyambut hari kesuburan, kemudian arah utara digunakan orang Dani melakukan doa. Arah selatan digunakan sebagai pedoman untuk menyimpan tulang dan abu jenazah sebelum di bawa ke gunung.
Pengetahuan tentang kosmologi, kebudayaan dan kebutuhan orang Dani yang tercermin dalam ruang silimo, mempunyai beberapa implikasi. Pertama penting untuk perkembangan ilmu social khususnya antropologi, karena kajian tentang silimo dapat menambah bahan pengetahuan bagi cakupan ilmu antropologi dan arsitektur yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Kedua, kajian tentang silimo bisa memberikan kontribusi pengetahuan arsitektural tradisional dalam memperkaya pengetahuan tentang keragaman arsitektur Indonesia. Kajian ini juga memberikan kontribusi tentang signifikan pengetahuan budaya dalam kebijakan pembangunan pemukiman atau perumahan di Indonesia umumnya dan Irian Jaya khususnya.