Tesis ini membahas fenomenologi pengalaman estetika menurut Mikel Dufrenne (1910-1995) seorang filsuf yang menerapkan fenomenologi dalam kajian estetika. Buku monumentalnya, La Phenomenologie de L'esthetique, kami jadikan sebagai sumber utama bahan penelitian. Dufrenne membuat semacam struktur pokok pemikiran fenomenologi estetikanya kedalam 4 bagian: fenomenologi obyek estetis, fenomenologi persepsi estetis, analisa karya seni, dan pengalaman estetis.
Fenomenologi obyek estetis Dufrenne bersifat dialektis yaitu hubungan timbal balik antara obyek estetis dengan persepsi estetis yang mengakibatkan terbentuknya pengalaman estetis. Pengalaman estetis berkaitan dengan obyek estetis yang dialami. Pengalaman estetis ini bersifat intensional dimana ada Baling ketergantungan antara pikiran (noesis) dengan fenomena (noema), sehingga hubungan subyek-obyek persepsi bersifat antropologis. Persepsi estetis berbeda dengan obyek estetis. Obyek estetis adalah hakekat karya seni dalam kesadaran, sedangkan pengalaman estetis yang paling murni bersumber dari karya seni. itu.
Dufrenne membentuk teori persepsi yang terdiri dari tiga tahapan: pertama, persepsi sebagai kehadiran, bersifat global, prareflektif dan merupakan kesatuan; kedua, hubungan persepsi dengan representasi dan imajinasi yang cenderung mengobyektifkan persepsi: ketiga, kaitan persepsi dengan refleksi dan perasaan. Kualitas afektif dari obyek estetis memiliki apriori yaitu apriori kosmologis dan apriori eksistensial yang memungkinkan dunia tereskpresi. Kebenaran seni adalah kebenaran kualitas afektif yang bersifat imanen dalam persepsi indrawi dan pengalaman estetis.
Pada rekonsiliasi subyek-obyek yang terjadi melalui persepsi dan pengalaman membentuk kedalaman estetis. Dufrenne memberi dua batasan karya seni 1) Seni formal yang mengasumsi ketentuan, berupa konsistensi dan keselarasan dari pengamatan. Batasan ini melibatkan komposisi yang khas. 2) Seni sebagai suatu menifestasi kecerdasan melalui ekspresi yang melampaui makna karya. Dufrenne membentuk seni berdasarkan spesifikhya atas elemen formal dan skema organik. Skema organik adalah cara melihat kehadiran karya. Dufrenne menganalisis musik dan lukisan dengan syarat skema formal, alasannya karena seni hadir melalui faktor temporal dan keuangan. Dufrenne menganalisis karya piktorial melalui teori penciptaan, yaitu elemen-elemen dasar: keselarasan, irama dan melodi.
Metode pengalaman estetis dari Dufrenne memberikan tempat pada pengamat atau penikmat obyek estetis. Pengalaman estetis harus benar-benar membawa pengertian a priori terhadap rasa haru. Pengalaman estetis memerlukan apriori afektif, supaya obyek estetis melalui keekspresifannya, mampu membuka relasi dengan dunia. Apriori afektif dibedakan atas: 1) Apriori kosmologis yang ada didalam obyek sehingga memungkinkannya dipersepsi. 2) apriori eksistensial yang berada dalam subyek konkret, yang memungkinkan subyek melalui pengalaman estetisnya, mempersepsi karya seni secara estetis dengan memberi anti, nilai dan keunikan karya seni. Subjek konkret ini, mungkin saja seniman atau penonton yang mampu membawa ekspresi seniman itu. Apriori afektif memiliki dua kondisi yaitu sensibilitas dan pemahaman yang menimbulkan pemikiran terhadap objek estetis. Realita memerlukan dunia estetis untuk tampak nyata, sehingga suatu penilaian dapat dilakukan. Dengan memberi signifikasi atau pemaknaan ontologis terhadap pengalaman estetis, diakui bahwa aspek kosmologis eksistensial merupakan apriori afektif sebagai pemakna atau menjadi rasa dari realitas, yaitu nilai-nilai estetis.karya seni.