ABSTRAKTujuan penelitian mengenai wanita pedagang di Pasar Cik Puan adalah untuk: (1) memperoleh informasi mengenai pembagian kerja antara isteri dan suami dalam rumah tangga wanita pedagang,(2) kekuatan tawar menawar (bargaining power) isteri terhadap suami dalam proses pengambilan keputusan, (3) memperoleh pengetahuan mengenai aktifitas wanita pedagang di publik, dan (4) mengetahui faktor-faktor sosial budaya yang mendukung kegiatan wanita di ranah publik.
Latar belakang masalah penelitian. Menurut pandangan sebagian masyarakat peran utama dan pertama wanita ialah di sekitar rumah tangga (ranah domestik) dan peran pria ialah sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah utama keluarga di luar rumah (ranah publik). Langsung atau tidak langsung terciptalah ketergantungan ekonomi isteri terhadap suami (ketimpangan gender). Kenyataan suami tidak selalu dapat melaksanakan peran dan fungsinya tersebut, wanita pun telah masuk ke ranah publik, berperan sebagai pencari nafkah utama misalnya sebagai pedagang di PCP. Keadaan ini diperkirakan berdampak kepada kehidupan keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa penelitian para ahli di daerah lain menemukan, bahwa lapangan perdagang merupakan lapangan kerja yang banyak dimasuki oleh wanita di perkotaan. Meskipun demikian wanita hanya dominan di golongan barang hasil pertanian, dengan modal dan keuntungan yang relatif kecil, sebaliknya pria dominan di golongan barang hasil pabrik yang relatif bermodal lebih besar dengan keuntungannya juga lebih besar.
Dengan penelitian kualitatif ini telah dikumpulkan data dari pengalaman dan pengetahuan wanita pedagang dalam kehidupannya bermasyarakat. sebagai alat analisis digunakan pandangan Rosaldo, M.Z (1974) mengenai dikotomi ranah domestik dan ranah publik dikaitkan dengan aspek sosial, ekonomi dan sosial budaya.
Hasil penelitian menemukan bahwa peran isteri sebagai pencari nafkah utama keluarga, memperkokoh posisi sosialnya dalam rumah tangga (ranah domestik), karena mendapat dukungan dari anggota keluarga. Kontribusi ekonomi wanita pedagang dalam keluarga memperkuat 'bargaining power'/'bargaining position nya terhadap suami. Pemampuan wanita pedagang dalam keluarga terlihat dari akses, dan kontrolnya terhadap hasil pendapatan. Memotivasi anak-anak perempuan untuk masuk ke ranah publik dan mencapai pendidikan tertinggi (Universitas).
Meskipun pandangan dikotomi pada sebagian masyarakat mengenai ranah domestik dari ranah publik masih kuat, dari hasil studi, ternyata bahwa keberadaan wanita di perdagangan (ranah publik) diterima secara terbuka oleh masyarakat, karena kemampuan kontribusi ekonominya kepada keluarga.
Meskipun mereka mempunyai keterbatasan dalam hal akses modal formal (bank, koperasi) dan pranata sosial yang 'gender bias', namun wanita pedagang berkemampuan untuk mengembangkan usaha dagangnya dari berdagang barang-barang yang tidak berdaya tahan lama yang diperoleh dengan modal kecil dan keuntungannya juga Kecil ke usaha dagang barang-barang yang berdaya tahan lama dengan modal dan keuntungan yang juga relatif lebih besar. Keberhasil mereka di ranah publik adalah atas adanya usaha sendiri dari modal awal, modal kerja dari julo-julo uang, mobilitas dan jaringan kerja yang semakin meningkat.
Keberhasilan wanita pedagang di PCP telah menempatkan posisi sosialnya pada posisi yang 'dihormati' baik di ranah domestik maupun di ranah publik.
Faktor-faktor sosial budaya yang mendukung aktifitas wanita di perdagangan antara lain: Budaya merantau (mobilitas dan jaringan kerjanya). Begitu Pula sifat matrifokal Minang dan kedudukan sentralnya dalam keluarga (matrilineal) berperan terhadap 'bargaining power' dalam rumah tangga dan dalam transaksi dagang.