Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA merupakan kantor berita nasional yang dimiliki oleh Indonesia, yang banyak menjadi rujukan bagi media massa baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri. Sebagai kantor berita nasional, LKBN ANTARA selalu dituntut untuk dapat menyuguhkan berita yang independen dan cepat. Tidak berlebihan bila LKBN ANTARA memiliki motto : cepat, tepat dan akurat.
Untuk dapat menyajikan berita yang cepat, tepat dan akurat sudah barang tentu dibutuhkan wartawan-wartawan yang handal serta memiliki kompetensi di bidang jurnalistik.
Guna menghasilkan wartawan-wartawan yang diharapkan tersebut, LKBN ANTARA dalam proses rekrutmen dan seleksi menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi calon wartawannya. Pre-service training jurnalistik yang diselenggarakan dikerjakan oleh unit usaha pendidikan LKBN ANTARA yaitu Lembaga Pendidikan Jumalistik ANTARA (LPJA).
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui korelasi antara pre-service training jurnalistik dengan pembentukan kompetensi wartawan. Penelitian ini dilakukan terhadap 51 wartawan lulusan pelatihan jurnalistik angkatan XI dan XII. Pengumpulan data dilakukan secara survei dengan menggunakan kuestioner pre-service training jurnalistik dan kompetensi wartawan.
Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pre-service training jumalistik dengan kompetensi wartawan, namun hubungan tersebut lemah, ti = 0.471 (p<0.01).
Pola hubungan tersebut positif, sehingga apabila semakin bagus pelaksanaan pre-service training jurnalistik maka akan semakin tinggi pembentukan kompetensi wartawan, dan sebaliknya semakin kurang pelaksanaan pre-service training akan semakin rendah pembentukan kompetensi wartawan.
Variabel kompetensi wartawan dapat dijelaskan oleh variabel pre-service training jumalistik sebesar 55%, sedangkan sisanya sebesar 45% disebabkan oleh faktor lain, hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi sebesar 0.550.
Hasil peneiitian ini juga menunjukkan bahwa kompetensi-kompetensi etika merupakan kompetensi wartawan yang dapat diserap calon wartawan pada pre-service training jumalistik dengan mean terbesar (4.225), sedangkan kompetensi-kompetensi pengetahuan dasar adalah kompetensi wartawan dengan mean terkecil (2.588).
Saran-saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan (TNA) yang cermat oleh LPJA sebelum menyusun kurikulum dan silabus pelatihan jurnalistik, sehingga apa yang akan dilatihkan sesuai dan menjawab realitas jurnalisme. Selain itu untuk penelitian selanjutnya, ada baiknya menambahkan variabel lain yang bisa dijadikan indikator untuk mengukur motif, perangai dan konsep diri yang merupakan karakteriktik lain dari kompetensi.