ABSTRAKPertanian tanaman pangan merupakan mata pencaharian penting bagi umat manusia. Tanaman' pangan yang paling digemari di Indonesia adalah padi atau Oryza Sativa L, yang banyak ditanam di sawah dan di ladang.
Penelitian tentang Teknologi Pertanian Padi pada Masyarakat Petani Flores Timur Periode 1967-1994 ini bertujuan menjelaskan proses perubahan yang terjadi pada masyarakat petani Flores Timur dalam budidaya tanaman padi selama periode penelitian. Secara khusus penelitian ini menjelaskan tingkat adopsi teknologi panca usaha tani oleh petani Flores Timur serta menjelaskan tingkat produktivitas lahan yang dicapai sebagai akibat adopsi teknologi tersebut. Data primer penelitian (metode sejarah) diperoleh dari dokumen .(arsip) pada instansi--instansi pemenintah Kabpaten Daerah Tingkat II Flores Timur dan dari wawancara dengan beberapa informan. untuk mencapai tujuannya, digunakan teori inovasi dari Rogers dan Shoemaker dalam menganalisis data.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat adopsi teknologi panca usaha tani sebagai berikut: 1,23% dari seluruh petani Flores Timur digolongkan sebagai adopter pemula, 9,10% sebagai mayoritas awal, 39,13% sebagai mayoritas akhir, dan 50,54% sebagai kelompok laggard (yang paling terlambat). Meskipun demikian, teknologi inovasi yang masuk kedalam masyarakat petani melalui kontak selektif dan kontak terarah, diadopsi dalam proses yang cepat dan pada tingkat yang tinggi. Kelompok laggard mengalami hambatan pada kondisi fisik geografi dan iklim di Flores Timur. Adopsi teknologi inovasi telah membawa perubahan dalam teknologi pertanian padi, yaitu dari teknologi tradisional kepada teknologi modern. Perubahan tersebut membawa pula perubahan pads tingkat produktivitas lahan pertanian di Flores Timur.
Tingkat produktivitas sawah intensifikasi selama periode penelitian mencapai rata-rata 3,07 ton/ha, sedangkan pada sawah nonintensifikasi rata-rata 1,55 ton/ha, serta pada ladang intensifikasi dan ladang nonintensifikasi mencapai.2,61 ton/ha dan 1,29 ton/ha. Meskipun teknologi panca usaha tani menunjukkan adanya peningkatan produktivitas lahan pertanian, tetapi terbatasnya lahan yang memungkinkan petani mengadopsi teknologi inovasi tersebut secara sempurna, menyebabkan produktivitas yang tinggi itu tidak mampu memenuhi kebutuhan beras bagi penduduk Flores Timur. Kekurangan beras tersebut disubstitusi dengan produksi palawija (terutama jagung) dan dengan mendatangkan beras dari daerah lain.