Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh makanan keras terhadap pola, derajat atrisi gigi. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) selama tiga bulan. Target populasi 400 orang dewasa usia 16-55 tahun yang dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu 16-25 tahun,.26-35 tahun, 36-45 tahun, dan 46-55 tahun. Besar sampel tiap kelompok usia adalah 25 orang/lokasi.
Pemeriksaan klinis dilakukan oleh peneliti utama dibantu seorang pengatur rawat gigi dan 2 orang pembantu umum. Penilaian klinis keadaan gigi geligi dicatat pada blanko isian yang dimodifikasi dari blanko isian WHO 1987. Kriteria keausan gigi molar dari Martin dimodifikasi oleh peneliti, sedang untuk gigi-gigi lain dibuat oleh peneliti dan Joelimar dipergunakan pada penelitian ini. Analisis data menggunakan analisis tabulasi silang dan analisa varians dengan tingkat signifikansinya 0,05.
Hasilnya, ada perbedaan pola dan derajat atrisi gigi pada kelompok desa dan kota, kelompok umur, kelompok yang mengkonsumsi makan keras dan makanan lunak, mengunyah sirih dan tidak mengunyah sirih. Pada kelompok sampel yang mengunyah, kiri, kanan, dan dua sisi, juga kelompok sampel laki-laki dan wanita, pola dan derajat atrisinya tidak berbeda. Hasil analisis antara derajat atrisi gigi menurut tempat tinggal dan umur, kebiasaan makan dan umur, kebiasaan menyirih dan umur, kebiasaan makan dan kebiasaan menyirih memperlihatkan adanya interaksi. Hasil lain menunjukan tidak ada interaksi antara derajat atrisi menurut umur dan jenis kelamin, umur dan kebiasaan mengunyah, derajat atrisi sisi kanan menurut umur dan kebiasaan mengunyah, derajat atrisi sisi kiri menurut umur dan kebiasaan mengunyah.
Kesimpulan, atrisi gigi pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan keras, lebih parah dibandingkan masyarakat yang mengkonsumsi makanan lunak. Atrisi gigi pada masyarakat desa lebih parah dibandingkan masyarakat kota, derajat atrisi akan bertambah parah pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan mengunyah sirih. Kebiasaan mengkonsumsi makanan keras pada atu sisi tidak terbukti menyebabkan keparahan atrisi terjadi pada sisi tersebut. Pola dan derajat atrisi gigi akan bertambah parah dengan bertambahnya usia. Sedangkan pola dan derajat atrisi gigi pada laki-laki dan wanita tidak menunjukkan adanya perbedaan.