ABSTRAKEra globalisasi, yang berorientasi pada liberalisasi Perdagangan dan Investasi yang pelaksanaannya dimulai pada tahun 2003 oleh anggota AFTA, dan selambat-lambatnya pada tahun 2020 sesuai dengan kesepakatan World Trade Organization (WTO), akan menciptakan persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi maupun memasuki pasar global. Presiden Soeharto mengingatkan bahwa Indonesia tidak mempunyai pilihan lain selain ikut terlibat langsung dalam persaingan yang ketat tersebut. Oleh karena itu era globalisasi yang berbarengan dengan rencana relokasi industri dari negera-negara industri maju tersebut haruslah dipandang sebagai peluang dan momentum yang hares dimanfaatkan demi pengembangan kemajuan industri dalam negeri. Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional merupakan langkah yang sangat strategis dan efektif dalam rangka meningkatkan daya saing produk industri dalam negeri untuk memenangkan persaingan memasuki pasar domestik, regional maupun global.
Penulis memilih PT XYZ , yaitu salah satu industri dalam negeri dengan misi melakukan alih teknologi dalam rangka menguasai teknologi menuju terbentuknya Pusat Keunggulan Teknologi (Center of Excellence), sebagai obyek penelitian baik dalam rangka mengevaluasi sejauh mana kegiatan pengukuran produktivitas telah dilakukan maupun dalam rangka perancangan model pengukuran produktivitas yang akan diterapkan. Untuk maksud tersebut penulis menggunakan metode Quick Productivity Appraisal Approach yang mencakup Company Performance Analyses (CPA) dan Qualitative Assessment untuk menentukan area prioritas yang memerlukan perbaikan produktivitas. Kemudian dibentuk Nominal Group Technique (NGT) untuk menyusun program peningkatan produktivitas yang akan diiaksanakan, sedangkan Objective Matrix Model digunakan sebagai alat dalam merancang model pengukuran dan mengevaluasi hasil yang dicapai.
Priority Area Improvement yang berhasil diidentifikasi dengan menggunakan QPA temyata sejalan dengan langkah-langkah yang diambil oleh Dewan Komisaris dan Direksi dalam rangka meningkatkan produktivitas perusahaan, di mana kerugian terbesar yang dialami perusahaan pada tahun 1991 sebesar kurang lebih Rp. 38 milyar akhimya berhasil diatasi menjadi keuntungan sebesar Rp. 2,5 milyar pada tahun 1995 dalam jangka waktu 4 tahun.
Akhirnya Direksi perusahaan memutuskan agar unit P6 (Pusat Pengkajian Pertumbuhan Produktivitas Prestasi Perusahaan) menerapkan metode QPA yang dikombinasikan dengan Objectiive Matrix Model tersebut di seluruh unit organisasi sebagai alat dalam melaksanakan Peningkatan Produktivitas secara menyeluruh dan berlanjut di perusahaan tersebut.
ABSTRACTGlobalization in the form of trade and investment liberalization which will be implemented in 2003 by the AFTA members and, at the latest 2020 as has been agreed by World Trade Organization (WTO), will create an intense competition not only in attracting investment but also in entering global market. President Soeharto has said that Indonesia does not have any other choice but to participate in the competition. Therefore the globalization with industrial relocation plan by industrial countries must been seen as opportunities and momentum to be utilized in developing domestic industries. National Productivity improvement Movement is a strategic and effective step toward improving domestic industrial product competitiveness in order to win the competition in entering domestic, regional and global market.The author chose PT XYZ, one of domestic industries whose mission is to conduct technology transfer in order to acquire technology to develop center of excellence, as the research object not only to evaluate how far the productivity measurement activities have been conducted but also to design productivity measurement to be implemented.In this thesis, the author used Quick Productivity Appraisal Approach (QPAA) method including the Company Performance Analyses (CPA) and Qualitative Assessment (QA) to determine the areas of priority which need productivity improvement. Then, Nominal Group Technique was established to formulate productivity improvement program; and Objective Matrix Model was used as a tool in designing measurement model and evaluating the result.Priority Area improvement identified using QPA is actually in accordance with steps taken by Board of Commissioner and Directors in improving corporate productivity which have turned 38 billion rupiah loss in 1991 into 2,5 billion rupiah in profit in 1995.Finally the Board of Directors had decided that the Pusat Pengkajian Pertumbuhan Produktivitas Prestasi Perusahaan (P6) should implement QPA method which would be combined with Objective Matrix Model at all organizational units as a mean to improve productivity integratedly and sustainably in the company.