LATAR BELAKANGPaleografi yang berasal dari kata Yunani palaios' (kuna) dan graphein (menulis), merupakan ilmu yang mempelajani jenis, bentuk, perkembangan atau perubahan aksara (De Casparis 1975: 5). Salah satu obyek paleografi adalah prasasti. Dalam bahasa Jawa Kuna, prasasti sering juga disebut Sang Hyang Ajna Haji Praasti, yang artinya perintah (ajna) raja yang mulia. Prasasti sendiri berarti syair pujian (metrical eulogistical) (Atmodjo 1994: 4)
Di Nusantara kajian paleografi untuk pertamakali telah dilakukan oleh Raffles dalam karyanya yang berjudul The History of Java. Ia membandingkan aksara yang terdapat dalam prasasti-prasasti yang ditemukan di Indonesia saat itu. "Ayunan langkah" Raffles ini segera diikuti oleh K.F.Holle, Cohen Stuart dan J.H. Kern, disusul L.C. Damais dan J.G. de Casparis. Belakangan, beberapa sarjana Indonesia dan asing lainnya ikut berkiprah menggeluti hal yang sama.
Dalam sejarah kebudayaan masa klasik Indonesia, terlihat adanya perkembangan yang sekilas menampakkan perbedaan dan perubahan antara kebudayaan masa Jawa Tengah dan kebudayaan masa Jawa Timur dalam kurun waktu abad ke - 9 hingga ke - 14. Perkembangan dimaksud tampak sebagai sebuah perkembangan budaya yang meluas dan mencakup waktu yang cukup panjang.
Perubahan dalam bidang kesenian terlihat pada bangunan candi (arsitektur), relief dan arca. Karya seni bangunan candi di Indonesia menurut kronologinya dibagi menjadi dua, yaitu zaman Jawa Tengah yang menghasilkan langgam Jawa Tengah dan yang berjaya pada masa sebelum 1000 Masehi, serta zaman Jawa Timur yang meliputi masa sesudah tahun 1000 M (sampai sekitar pertengahan abad ke - 16) (Soekmono 1986: 234).