Pendidikan selama ini dipandang sebagai 'jembatan' melalui mana suatu tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik dapat diraih. Jika demikian, dapat ditafsirkan bahwa jembatan itu mungkin dibangun atas landasan dan kerangka yang berbeda. Bagaimana jembatan itu dibangun tidak terlepas dari cara pandang terhadap kesejahteraan oleh para pengguna jembatan itu.
Masyarakat Irian Jaya saat ini merupakan pembauran antara penduduk asli dan pendatang. Dalam pembauran itu tampak adanya gejala-gejala kesenjangan di bidang-bidang penunjang kesejahteraan dan pada umumnya yang tampil sebagai pihak yang kurang atau lemah adalah kalangan penduduk asli. Di bidang pendidikan formal gejala umum yang dapat langsung kelihatan adalah kurang dalam prestasi belajar.
Dari beberapa literatur dan laporan ternyata ada aspek-aspek budaya tradisional Irian Jaya ditandai sebagai faktor-faktor yang besar andilnya terhadap terbentuknya beberapa karakter khas bagi masyarakatnya. Penelitian ini hendak mempelajari sikap (belajar) yang terbentuk oleh suatu latar budaya dengan asumsi bahwa sikap itu akan mewarnai perilaku individunya; dalam pengertian bahwa kehidupan dalam suatu alam budaya tertentu memberikan suatu pengalaman atau pembelajaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap belajar di sini adalah sikap terhadap pembelajaran itu. Apa yang hendak dilihat dalam sikap belajar (variahel dependen) adalah efek-efek dari keluarga, sekolah asal dan jenis kelamin (variabel-veriabel independen) masing-masing sebagai bentuk pranata sosial yang memiliki budaya khas. Secara khusus hendak dilihat pula tentang efektivitas kategori-kategori yang dilibatkan dalam setiap pranata tersebut.
Penelitian ini dilakukan terhadap 1361 responden (siswa kelas I SLTA) yang dijaring dari beberapa wilayah sampel di Irian Jaya. Mereka dikelumpokkan menurut keanggotaannya dalam: keluarga penduduk asli atau keluarga pendatang, berasal dari SLTP swasta atau negeri, berjenis kelamin perempuan atau lelaki; dengan demikian akan ditemukan misalnya sekelompok siswa perempuan penduduk asli yang berasal dari SLTP swasta dan seterusnya.
Dari pengolahan data berdasarkan pengelompokkan responden diperoleh hasil berikut: (1) Dari segi jumlah responden: 94 siswa perempuan penduduk asli dari SLTP swasta. 193 siswa perempuan penduduk.asli dari SLTP negeri, 58 siswa perempuan pendatang dari SLTP swasta, 215 siswa perempuan pendatang dari SLTP negeri, 147 siswa lelaki penduduk asli dari SLTP swasta, 351 siswa lelaki penduduk asli dari SLTP negeri, 51 siswa lelaki pendatang dari SLTP swasta, dan 252 siswa lelaki pendatang dari SLTP negeri. Jumlah responden seluruhnya yang dapat dianalisis adalah 7.98% dari jumlah siswa kelas 1 SLTA se-Irian Jaya. (2) Dari segi keanggotaan responden menurut masing-masing variabel independent 785 siswa kategori penduduk asli, 576 siswa kategori pendatang, 350 siswa dari SLTP swasta, 1011 siswa dari SLTP negeri, 560 siswa perempuan dan 801 siswa lelaki.
Berdasarkan analisis regresi berganda ditemukan beberapa hal berikut: (a) Dari segi proporsi varians: yang dijelaskan bersama oleh semua variabel bebas terhadap sikap belajar adalah sebesar ± 23% yang sangat bermakna pada level p = 0,000 ; tetapi menurut masing-masing variabel bebas hanya variabel keluarga dan jenis kelamin yang memberikan penjelasan yang sangat bermakna pada level p = 0,000, sedangkan penjelasan dari variabel sekolah asal hanya bermakna pada level p = 0,077 < 0.05. Semuanya itu sekaligus menggambarkan Pula kebermaknaan efek dari setiap variabel bebas terhadap sikap belajar. (b) Jika dilihat dari segi efek suatu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya, tampak bahwa keluarga mempunyai efek bermakna pada level p = 0,01 terhadap sekolah asal dan jenis kelamin, tetapi sampai pada level p 5 0,05 variabel sekolah asal tidak mempunyai efek bermakna atas jenis kelamin. (c) Jika dilihat dari segi perbedaan efek tampak bahwa efek keluarga terhadap sekolah asal swasta tidak berbeda signifikan dengan efek keluarga terhadap sekolah asal negeri: efek keluarga terhadap jenis kelamin perempuan berbeda signifikan dengan efek keluarga terhadap jenis kelamin lelaki; dan efek sekolah asal terhadap jenis kelamin perempuan berbeda signifikan dengan efek sekolah asal terhadap jenis kelamin lelaki.