ABSTRAKKecembungan di daerah muka terutama pada pipi dipengaruhi oleh bentuk dan posisi tulang zygoma. Fraktur pada tulang zygoma dapat mengakibatkan perubahan kontur bentuk muka. Fraktur zygoma "nondisplaced" tanpa disertai gejala-gejala dan gangguan fungsi yang lain tidak memerlukan perawatan. Reposisi fraktur zygoma dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu jika terdapat diplopia, terbatasnya pergerakan mandibula, untuk mengembalikan kedudukan tulang yang normal untuk proteksi mata, dan untuk memperbaiki estetika wajah. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana keberhasilan dari berbagai metode reposisi fraktur zygoma tanpa disertai dengan fiksasi. Pada Bagian Bedah Mulut Academisch Ziekenhuis Leiden telah dikumpulkan data pasien fraktur zygoma yang telah dilakukan operasi sebanyak 106 kasus. Jumlah ini merupakan kasus fraktur zygoma maupun kombinasi fraktur zygoma dengan jenis fraktur lainnya. Setelah diseleksi, fraktur zygoma (os malar) murni ada 75 kasus. Ada beberapa macam pembagian klasifikasi dari fraktur zygoma. Pada penelitian ini khusus diamati fraktur zygoma yang stabil setelah direposisi, sehingga tidak memerlukan tindakan fiksasi. Dari 75 kasus fraktur zygoma yang memenuhi kriteria ini ada 48 kasus. Setelah satu hari operasi, dilihat keberhasilan dari metode reposisi Gillies, perkutan dan metode intra oral. Dari ketiga metode reposisi ini, metode perkutan dilakukan sebanyak 43 kasus, metode intra oral 3 kasus, dan metode Gillies ada 2 kasus. Keberhasilan reposisi ditandai dengan tidak dijumpai adanya step setelah satu hari operasi, baik secara klinis maupun radiologis. Dari hasil penelitian ini tidak dijumpai adanya step pada semua metode reposisi.