Yang terhormat,
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bapak Menteri Kesehatan
Bapak Rektor Universitas Indonesia
Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Para Dekan Fakultas di lingkungan Universitas Indonesia Bapak Direktur RS Dr Cipto Mangunkusumo
Para Guru Besar, beserta staf pengajar
Para sejawat, para mahasiswa dan Hadirin sekalian yang saya muliakan
Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga saya dapat menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai- Guru Besar Tetap dalam cabang Ilmu Kesehatan Anak di hadapan para hadirin sekalian yang saya hormati.
Hadirin yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik " AIDS pada Anak pada Masa Mendatang" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan pada dampak negatif penyakit ini pada kesehatan anak di negara-negara dimana AIDS pada anak sudah merupakan masalah kesehatan anak. Di samping itu, telah muiai ditemukannya wanita usia subur yang sudah terinfeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus), yaitu virus penyebab AIDS, di Indonesia yang dapat menularkan HIV yang ada pada tubuhnya ke bayi yang akan dikandungnya. Dengan harapan agar informasi yang terdapat dalam pidato ini dapat membantu mencegah menjalarnya AIDS pada anak, sehingga AIDS pada anak bukan merupakan masalah kesehatan anak di Indonesia.
Hadirin yang saya muliakan,
Baru saja kita bergembira karena hilangnya penyakit cacar yang menakutkan, timbul lagi penyakit infeksi lain yang membawa kematian yaitu penyakit AIDS. Penyakit AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dinamakan HIV yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh seseorang menurun atau yang dinamakan defisiensi imun, sehingga ia mudah terjangkit penyakit infeksi berat atau keganasan yang menyebabkan kematian. Karena penyakit ini mengakibatkan terjadinya defisiensi imun, maka sesuai dengan bidang yang saya tekuni, perkenankanlah saya terlebih dahulu membahas sedikit mengenai mengapa seseorang bila terinfeksi HIV akan mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Salah satu pertahanan tubuh terhadap masuknya kuman penyakit adalah kekebalan yang diperan oleh limfosit T (butir darah putih) yang dinamakan kekebalan selular. Berbeda dengan kekebalan humoral yaitu pertahanan tubuh yang diperan oleh zat kebal atau antibodi, pada kekebalan selular zat yang berperan adalah limfokin yaitu zat yang dikeluarkan oleh limfosit T, jika sel ini teraktivasi kuman (antigen). Di darah perifer kita mengenal 2 macam limfosit T yaitu limfosit T4 dan limfosit T8. Di antara limfosit T4, terdapat limfosit T4 penolong yang mempunyai peran sentral dalam kekebalan selular. Bila limfosit T4 penolong ini terangsang oleh adanya kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka set ini akan menjadi aktif dan mengeluarkan limfokin. Melalui limfokin inilah limfosit T4 penolong melakukan peran sentralnya pada kekebalan selular. Karena itu pada akhir akhir ini banyak penelitian ditujukan pada limfokin ini, terutama mengenai efek dan keterlibatannya baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit autoimun, keganasan dan transpiantasi.
Limfokin adalah suatu istilah yang dipakai untuk sekumpulan mediator protein yang dihasilkan limfosit aktif dalam respons terhadap antigen atau adanya kerusakan jaringan. Berbeda dengan antibodi, komposisi kimianya tidak ditentukan oleh antigen yang merangsangnya. Karena itu limfokin tidak bersifat antigen spesifik, artinya dapat berpartisipasi pada respons terhadap antigen yang berbeda, Pada mulanya dikira bahwa limfokin hanya diproduksi oleh sel limfosit. Ternyata kemudian limfokin dapat juga diproduksi oleh sel lain dan efeknyapun tidak hanya terbatas pada sei limfoid. Karena itu pada akhir akhir ini orang cenderung memakai istilah umum untuk limfokin yaitu sitokin.
Limfokin berfungsi sebagai sinyal molekutar di antara sel untuk mengatur respons inflamasi lokal, yang dibutuhkan untuk melokalisir dan mengeliminasi antigen yang ada. Pada umumnya limfokin terutama bereaksi terhadap sel yang ada di sekitarnya di tempat ia diproduksi yang dinamakan efek parakrin, dapat juga terhadap sel yang menghasilkannya sendiri yang dinamakan efek autokrin. Oleh karena itu efek kerjanya pada umumnya adalah komunikasi jarak dekat.