Penelitian ini berangkat dart persoalan yang terjadi pada masyarakat nelayan Siantan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Dalam beberpa tahun terakhir ini. sejak tahun 1988 sampai tahun 2003 mengalami ketegangan dengan kapal-kapal nelayan Thailand yang masuk di wilayah perairan mereka. Ketegangan-ketegangan tersebut akhirnya menjadi konflik yang berkepanjangan, Sebagaimana diketahui bahwa daerah ini terdapat banyak pulau dan teluk serta berdekatan dengan laut Cina Selatan yang merupakan salah satu laut terdalam di dunia. Daerah ini menyimpan kehidupan beragam ikan yang sangat besar. Kekayaan ini bukan hanya telah menghidupi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Siantan saja. telapi juga telah menamhah pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Konflik berkepanjangan ini menimbulkan implikasi kekerasan yang dilakukan nelayan tradisional Siantan terhadap kapal Thailand. dengan berbagai aksi, baik itu dalam bentuk pembakaran kapal, penutupan kantor-kantor kapal Thailand, aksi-aksi unjuk rasa pada pererintahan sipil dan militer (angkatan laut).
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini terfokus pada konflik yang terjadi antara nelayan tradisional Siantan, dengan kapal-kapal nelayan Thailand yang hadir dan menangkap ikan di wilayah mereka. Kajian ini diuraikan dengan mengkaji Bagaimana nilai-nilai prilaku yang terdapat dalam masyarakat nelayan Siantan, dalam interaksinya dengan linkungan sekitarnva. Termasuk nilai-nilai apa yang masih berlaku dan telah berubah dalam kehidupan sosial masyarakat nelayan Siantan.
Selain itu. motivasi apa yang melatar belakangi nelayan Siantan melakukan perlawanan terhadap awak kapal Thailand dalam berbagai bentuk aksi dan penentangan. Dan apakah motivasi-motivasi yang dimiliki oleh para nelayan itu kemudian menjadi salah satu pemicu munculnya prilaku keras yang diekspresikan dalam bentuk pembakaran kapal dan tindakan kekerasan lainnya. Juga bagaimana para nelayan melihat tindakan dan perilaku yang mereka ekspresikan dalam konflik ini berdasarkan pandangan mereka sendiri. Dan apa yang menjadi tuntutan mereka dalam konflik yang terjadi ini.
Penelitian yang dilakukan dalam kajian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, adalah wawancara mendalam dan metode pengamatan terlibat. Wawancara mendalam dilakukan pada sejumlah informan kunci yang terpilih berdasarkan kriteria tokoh atau refresentasi dari masing-masing desa nelayan di wilayah Siantan.
Dari fakta yang penulis temukan, .bahwa motivasi nelayan melakukan perlawanan terhadap kapal Thailand didasari beberapa hal. Pertama, untuk memperoleh rasa aman dalam melakukan aklifitas kenelayanan. Kedua. untuk memperoleh pengakuan atau penghargaan akan eksistensi mereka, bahwa dengan perlawanan tersebut makan kapal-kapal Thailand akan berpikir ulang untuk melakukan penangkapan ikan di Siantan. Ketiga, untuk memperoleh tanggapan atas aksi-aksi tuntutan yang mereka lakukan dan memperoleh pengalaman dibalik aksi-aksi tersebut, terutama efek dari perlawanan yang dilakukakan. Kelima hai ini eras kaitannya dengan teori yang dikemukan William I. Thomas (Berelson, 1961:161)
Semua motivasi yang dilakukan para nelayan bermuara pada sikap pembakaran kapal, penutupan kantor-kantor kapal Thailand. Semua ini mereka yakini bahwa kapal-kapal Thailand menyalahi ketenluan hukum laut Indonesia. temasuk di dalamnya penggunaan pukat harimau (trawl) dan penggunaan bom-bom potassium. Nelayan tradisional Siantan juga meyakini bahwa kapal-kapal Thailand menggunakan mesin modern dengan jaring trawl yang merusak biota laut, dan masa depan ikan-ikan di wilayah Indonesia.
Para nelayan meyakini bahwa karena kepastian dan penegakan hukum tak jalan. Maka dengan bentuk-bentuk aksi tersebut para kapal-kapal Thailand itu akan takut untuk masuk wilayah nelayan tradisional mereka. Termasuk juga para nelayan yang menggunakan bom. Para nelayan Siantan juga percaya bahwa aparat keamanan laut (LAVAL) lemah. tak bisa dipercaya, bahkan dituding ikut memback up masuknya kapal-kapal Thailand dan para nelayan pengebom ke wilayah-wailayah mereka. Akhirnya atas dasar inilah aksi-aksi perlawanan ilu tak dapat dihindari.
Faktor kehadiran kapal Thailand yang menggunakan trawl dan masuk ke wilayah tradisional Siantan, melahirkan nilai prilaku baru bagi masyarakat nelayan setempat. Maka tak mengherankan kalau pada akhirnya kemudian muncul ungkapan "Rantau Kita Sial, Rantau Thailand Bertuah".