Di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa yang berbeda-beda ini diistilahkan oleh para ahli bahasa dengan variasi bahasa. Variasi bahasa adalah perbedaan ucapan, tata bahasa, atau pemilihan kata dalam satu bahasa. Variasi bahasa dapat berkaitan dengan daerah (dialek), dengan latar belakang kelompok sosial atau pendidikan (sosiolek), atau dengan resmi tidaknya situasi penggunaan bahasa itu (register atau ragam bahasa), seperti yang dikemukakan oleh Ferguson (1971:110-111). Perbedaan itu terwujud, antara lain dalam bidang sosial budaya atau dalam sistem komunikasinya. Jadi, hubungan antara pemakai bahasa dan pemakaian bahasa dapat menimbulkan ragam bahasa.
Sementara itu, situasi kebahasaan berbeda satu sama lain. Secara garis besarnya dapat dikemukan bahwa situasi itu ditentukan oleh tiga unsur, peristiwa atau situasi, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan. Ketiga unsur ini bersama-sama menentukan ragam yang menyebabkan kata tertentu dipilih untuk mengungkapannya. Dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari variasi itu, dapat dipahami faktor-faktor situasi apa yang menentukan wujud kebahasaan mana yang digunakan oleh pelibat dalam peristiwa bahasa. Jadi, dalam berkomunikasi penutur perlu memilih dan memilah bahasa berdasarkan keperluan apa isi berbicara pada saat itu dengan cara memperhatikan bidang, pelibat, dan sarana (Halliday, 1979:30-31). Moeliono (1989:67) menyebut konsep ini laras bahasa. Selanjutnya, dijelaskan bahwa laras bahasa terutama berbeda dalam segi bentuknya, yaitu di dalam ciri-ciri tata bahasanya dan lebih-lebih lagi di dalam leksisnya. Penggolongan laras menggambarkan tipe situasi yang menjadi ajang peranan bahasa itu sebagai berikut: laras bahasa dari sudut pandangan bidang, laras bahasa menurut sarana pengungkapannya, dan laras bahasa berdasarkan tata hubungan di antara penyerta peristiwa bahasa (Moeliono:166-167).
Demikian pula halnya dengan bahasa upacara perkawinan tradisional dalam masyarakat Batak Angkola yang disebut marsitogol perkawinan. Kiranya akan menarik sekali apabila dilakukan penelitian tentang bentuk bahasa marsi togol perkawinan yang menampilkan sejumlah bentuk kosakata yang diucapkan oleh sejumlah orang dalam upacara perkawinan.
Dalam kepustakaan tentang bahasa Batak Angkola yang pernah saya periksa, belum pernah diadakan penelitian tentang ragam marsitogol ini. Itulah sebabnya, saya tertarik untuk menelitinya. Bahasa Batak Angkola (selanjutnya disingkat dengan BSA) adalah salah satu (ragam) bahasa yang ada di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari dan upacara adat. Bahasa Batak Angkola mempunyal beberapa ragam dan salah satu dari ragam itu disebut Marsitogol.
Marsitogol mempunyai tujuan yang bermacam-macam, sangat bergantung kepada tujuan upacara adat itu: ada marsitogol untuk upacara perkawinan dan upacara menyambut kelahiran bayi (mencukur rambut bayi); dan ada pula marsitogol untuk kematian. Dengan kata lain, marsitogol dapat disampaikan pada upacara gembira yang dalam SBA disebut siriaon dan upacara adat yang sedih disebut silutluton.