ABSTRAKDewasa ini BUMN Sub Sektor Perkebunan sebagai pelaku ekonomi dituntut untuk mampu "mandiri" ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat, artinya harus memiliki kehandalan untuk mempertahankan dan bahkan mengembangkan prestasinya sebagai badan usaha yang memiliki daya saing.
Pada awal tahun 1996 pemerintah melakukan restrukturisasi seluruh PT. Perkebunan yang sasarannya untuk mempersiapkan PT. Perkebunan agar mampu bersaing dan menjadi pemenang dalam persaingan bisnis dekade mendatang. Langkah tersebut merupakan realisasi dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1988 tentang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN, sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai kelemahan pengelolaan PT. Perkebunan yang sebagian besar tidak efisien dan merugi.
PT. Perkebunan XI (Persero), yang berusaha dibidang agribisnis aneka tanaman: karet, teh, kelapa sawit, kelapa hibrida dan kakao selain mengusahakan kebun inti memiliki 15 (lima belas) Unit Usaha Kebun dan tersebar di 3 (tiga) Kabupaten: Sukabumi, Bogor, dan Banten - Propinsi Jawa Barat, serta 1 (satu) Kabupaten: Lahat Propinsi Sumatera Selatan.
Dalam perjalanan bisnisnya tidak lepas dari berbagai kendala managemen yang bermuara pada rendahnya kinerja perusahaan. Kriteria penilaian kinerja PT. Perkebunan ditetapkan oleh Menteri Keuangan R.I berdasarkan Indikator Rasio Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas (RLS), dan Indikator Tambaban yang mencakup produktivitas tanah per Ha, biaya produksi dan biaya administrasi. Hasil penilaian kinerja perusahaan berdasarkan kriteria dimaksud digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu perusahaan dengan predikat Sehat Sekali, Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Banyak pendapat para ahli yang berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi. Salah satu yang sangat berpengaruh dan banyak dipedomani oleh perusahaan-perusahaan besar di dunia adalah pendapat yang dirumuskan oleh Mc Kinsey dalam Seven' S Framework (Ref angka Kerja 7'S).
Pada penelitian ini penerapan kerangka kerja 7'S penulis gunakan sebagai alat untuk menganalisis efektivitas organisasi PT. Perkebunan XI dan sebagai obyek pengkajiannya difokuskan pada implementasi manajemen dan strategi. Sedangkan kinerja perusahaan dikaji berdasarkan tingkat produksi dan produktivitas perusahaan, dan secara khusus dikaji pula laporan keuangan terutama neraca (balance sheet) dan laporan laba rugi (income statement).
Dari hasil kajian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir kinerja PT. Perkebunan XI (Persero) tergolong kurang sehat. Kinerja kurang sehat tersebut perlu segera dibenahi terutama pada faktor-faktor: Strategy, Structure, Staff dan Skills, sedangkan faktor lainnya: Systems, Style, Shared Value, telah dilaksanakan cukup baik walaupun tetap harus disesuaikan untuk menghadapi meningkatnya persaingan yang semakin ketat.