ABSTRAKTesis ini merupakan hasil penelitian di bidang Ekologi Manusia (Human Ecology), hubungan antara manusia dengan lingkungannya menjadi fokusnya. Manusia dengan ekosistem berhubungan secara timbal balik. Tujuan dari Ekologi Manusia adalah memahami bagaimana manusia beradaptasi terhadap ekosistemnya dan bagaimana kegiatan manusia dapat mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan. Sedangkan Ilmu Lingkungan merupakan Ekologi Terapan (applied ecology) yang mama azas-azas Ekologi digunakan untuk memahami permasalahan lingkungan.
Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan hidup alami (natural environment), lingkungan hidup binaan (man made environment), lingkungan hidup social (social environment) . Dalam penelitian tesis ini yang dimaksudkan hubungan antara manusia dengan ekosistemnya adalah petani dengan sawahnya. Banyak sawah yang beralih fungsi menjadi bukan sawah sehingga dapat mempengaruhi adaptasi petani dengan ekosistemnya (sawah)
Tujuannya adalah melihat bagaimana petani beradaptasi dengan sawahnya yang berkurang akibat pembangunan jalan tol, baik mengenai intensitas alokasi waktu kerja, keterlibatan anggota keluarga dalam mengerjakan sawah, dan penggunaan waktu senggang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas alokasi waktu kerja semakin sedikit dilakukan petani. Petani yang dijadikan responden sebanyak 60 orang, dari jumlah itu yang mempunyai sawah kurang dari 0,25 ha ada 23 responden (38,33%), 13 responden di antaranya' alokasi waktunya kurang intensif. Kemudian dari 20 responden yang mempunyai sawah antara 0,25 sampai 0,49 ha, 9 responden (15%) terlihat alokasi waktunya juga kurang intensif.
Kemudian keterlibatan anggota keluarga menunjukkan bahwa anggota keluarga dalam suatu rumahtangga petani semakin sedikit, padahal dalam usahatani yang tergolong subsisten bercirikan adanya pengerahan tenaga kerja anggota keluarga rumahtangga petani dalam mengusahakan tanah pertaniannya. Dari 60 responden ternyata 40 responden (66,67%) di antaranya partisipasi (keterlibatan) anggota keluarga antara 0 sampai 1 orang. Sedangkan 13 responden {21,67%) keterlibatan anggota keluarganya antara 2 sampai 3 orang. Dengan ciri peran buruh tani dalam usahatani subsisten tidak nampak.
Petani yang menggantungkan tenaga kerja buruh tani sebanyak 56 responden {93,33%). Dari jumlah itu 35 responder ,(58,33%) tergantung sepenuhnya dan 21 responden (35%) dalam mengerj akan usahataninya bersama anggota dan buruh tani.
Pekerjaan dalam bidang usahatani (sawah) memungkinkan seseorang mempunyai banyak waktu senggang. Terutama masa sesudah musim tanam sampai menunggu musim panen. Di sini terlihat bahwa penggunaan waktu senggang dimanfaatkan oleh petani untuk mencari tambahan penghasilan. Karena keterampilan yang dimiliki terbatas, maka pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan itulah banyak dikerjakan petani. Misalnya menjadi buruh tani di petani lain, menjadi buruh kasar di kota atau di mana
saja, dan menjadi pedagang kecil. Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut dilakukan oleh sebanyak 23 responden (40%). Dari jumlah itu 16 responden (26,67%) bekerja sebagai buruh kasar, yang sudah barang tentu tanpa memerlukan ketrampilan, kecuali kemauan dan kekuatan fisik saja.
Bila perubahan sawah menjadi bukan sawah akan terus berlangsung di masa datang, maka sudah bisa dipastikan petani dan buruh tani akan kehilangan lapangan pekerjaan. Ketrampilan yang kurang memadai menjadikan petani dan buruh tani semakin terjepit dan tersingkir hal inilah yang perlu diupayakan pemecahannya.
Kepustakaan: 49 (1976 - 1994)
ABSTRACTThis thesis is based on a study in the field of human Ecology, with the interaction of man and his environment as its focus. The aim of the human ecological study is to comprehend how human beings adapt themselves to their ecosystem and how their activities generate environmental changes.The living environment comprises three categories of environment, i.e. natural environment, man -- made environment, and social environment. In this study, the relationship between man and his environment is understood as the relationship between peasants and their ricefields. The existing conversion of agricultural lands (ricefields) into non-agricultural purposes evidently bring also changes in the peasants, pattern of adaptation to their ricefields.The aims of this study to find out, how the peasants adapt themselves, to the decreasing ricefields owed to the development of highways. in term of their intensity of working time alocation. Involvements of their family members in the teiling of their ricefields, and in terms of the use of spare times.Results of the study indicate that the peasants? working time allocation is significantly lower. Out of the 60 respondents, 23 respondents s have lees than 0.25 ha ricefields ( 38,33% ) 13 of those are less intensive in their working time allocation. Twenty respondents possess 0.25-0.49 ha ricefields: out of them. 9 respondents have lower intensive working time allocation.Viewed from the family members' involvement, it was found out that each household has only few family members. This is contrary to the theory that higher rate of family members' involvements in the ricefields are the main characteristics of subsistent peasant families. Forty (66.67%) of the 60 respondents with low level of participations is found amongst 13 respondents (21.67%), i.e. 2-3 family members. Situation also reflects the absence of agricultural workers" involvement in farming. Around 56 respondents (93.33) depend their farming activities on agricultural workers. Out of this, 35 respondents (56.33%) depend fully, while the rest depend on family members and agricultural workers as well.Result of study also indicate that rice planting activities enable the peasants enjoy their spare times, particularly during the planting and harvesting periods. During these spare times, the peasants engaged themselves in additional employment opportunities, mostly those with limited skill. They are employed as agricultural workers, urban workers, or small-scale traders; there are represented by 23 respondents (40%), 16 of those have to accept their faith as common unskilled physical workers. If land conversions continue, it can be clearly estimated that those peasants will loose their jobs and being deprived from any living opportunity.Bibliogrphy : 49 ( 1976 - 1994 )