Sudah sejak dulu diketahui, bahwa dalam sebagian besar hidupnya, manusia selalu ingin menemukan siapa dirinya. Karena itu, manusia selalu dalam keadaan dalam proses pencarian jati dirinya. Bahkan filsuf Socrates memiliki kalimat terkenal, "Gnothi Seauton", yang artinya "Ketahuilah dirimu sendiri" (Hanifah, 1950:150). Aktivitas ini telah menyita tenaga rohani dan fisik, serta waktu yang paling berharga yang pernah dimiliki manusia. Apalagi untuk memahami Tuhan, sesuatu yang sangat makro, seseorang haruslah mengetahui diri sendiri (Tazimuddin Siddiqui, "Tauhid-Keesaan Tuhan", dalam Hameed, Aspek-Aspek Pokok Agama Islam, 1983:32). Krishnamurti mengatakan bahwa mengenal diri sendiri ialah permulaan hikmah (Lutyens, 1978:23).
Manusia memang gemar mencari. Ia dikaruniai akal atau rasio untuk mencoba membantu mendefinisikan dirinya, dan perasaan untuk menyemangati pencariannya (Hameed, 1983:31). Kalaupun pikirannya melanglang buana, itu pun dapat dikatakan bahwa manusia sedang berusaha melihat posisi dirinya di tengah-tengah sekitarnya.