History Of The Disease And Patient Therapies Of The Disease In Relation With Incidence Of Lung Tuberculosis (Sputum Smear Positive) In Jakarta 1993-1994Lung Tuberculosis disease the still the problem of public health in Indonesia, the data from household health survey 1986 showed that lung Tuberculosis is the third cause of mortality in Indonesia in 1983 and the second in 1992. Lung Tuberculosis incidence reached with HIV and AIDS' Pandemi, Lung Tuberculosis prevalence in Jakarta is about 0.0026 of people 1990, and 0.00283 in 1993.
The research is designed as "case control" and aims to learn the relationship between independent variable which are history at the disease and the patient therapies of the disease, incidence of lung Tuberculosis BTA (+) (sputum smear positive) as dependent variable, All patients with lung Tuberculosis BTA (+) as the case for this research 88 cases and the control are 176 patients with the same symptoms but the sputum is BTA (-). The control was taken by random sampling from lung Tuberculosis survey prevalence in Jakarta at 1993-1994. The preparation of data used Epi Info Versi on 6.0 and MULTLR Program.
The result of bivariate analysis 'shows that the independent variable which have significant relationship with incidence of Lung Tuberculosis ETA (+) which are cough with blood (OR 2.11 ; 95% CI=1.05-4.23, P=0.002), cough with sputum (OR 2.30 ; 95% CI=1.26-4.22, P=0.003) and chest pain (OR 2.93 ; 95% CI=1.08-8.01, P=0.016). The result multivariate analysis shows that cough with sputum and chest pain have a highest correlation with incidence of lung Tuberculosis BTA (+).
A conclusion can be taken that cough with sputum patients has a risk to get lung Tuberculosis BTA (+) 2.3 times more than the patient with cough without sputum, cough with blood patient has a risk to get lung Tuberculosis BTA (+) 2.11 times more than the patient with cough without blood and patient with chest pain, has a risk to get a lung Tuberculosis BTA (+) 2.9 times more than patient without chest pain.
Penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, menurut SKRT 1986 TB pare penyebab kematian ke 3, SKRT 1992 TB paru penyebab kematian ke 2 dan pada penyakit infeksi pertama. Insiden TB paru meningkat dengan adanya pandemi HIV dan AIDS, di DKI Jakarta tahun 1980 angka prevalensi TB paru 0,0026 penduduk, tahun 1993 angka prevalensi TB paru untuk semua golongan umur 0,00283 per seribu penduduk.
Jenis penelitian ini adalah kasus kontrol yang mempelajari hubungan antara riwayat penyakit dan riwayat pengobatan penderita terhadap kejadian TB paru BTA (+). Penelitian ini memanfaatkan data sekunder survei prevalen TB paru DKX Jakarta tahun 1993-1994, kasus pada penelitian ini adalah semua penderita TB paru BTA (+) sebanyak 88 orang dan kontrol sebanyak 176 orang, diambil berdasarkan adanya gejala yang sama tetapi pemeriksaan sputumnya BTA (-), diambil secara random sampling dari sampel survei prevalen TB paru DKI Jakarta tahun 1993-1994.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varibel bebas yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian TB paru ETA (+) adalah Batuk berdarah dengan Odds ratio sebesar 2.11 (95%. CI=1,05-4,23 P=0,002), Batuk berdahak Odds ratio sebesar 2,93 (95% CI=1.08-8,01; P=0,016), Sakit dada dengan Odds ratio 2,93 (95% CI=1,08-8,O1; P=4,016), berdasarkan analisis regresi logistik multivariat variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap kejadian TB paru BTA (+) adalah batuk berdahak dan sakit dada.
Kesimpulan Penelitian ini Penderita dengan batuk berdahak mempunyai risiko 2,3 kali dibandingkan penderita batuk tidak berdahak untuk kemungkinan TB paru BTA (+), penderita dengan batuk berdarah mempunyai risiko 2,11 kali dibandingkan yang tidak batuk berdarah untuk kemungkinan TB paru BTA (+), penderita dengan sakit dada mempunyai risiko 2,9 kali dibandingkan penderita tanpa sakit dada untuk kemungkinan TB paru BTA (+).;Penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, menurut SKRT 1986 TB pare penyebab kematian ke 3, SKRT 1992 TB paru penyebab kematian ke 2 dan pada penyakit infeksi pertama. Insiden TB paru meningkat dengan adanya pandemi HIV dan AIDS, di DKI Jakarta tahun 1980 angka prevalensi TB paru 0,0026 penduduk, tahun 1993 angka prevalensi TB paru untuk semua golongan umur 0,00283 per seribu penduduk.