BAB I PENDAHULUAN
1.1. Drama Klasik di Perancis, dan Konteks Sejarah Abad Ke--17.
Kiasisisme sebagai aliran sastra berkembang di Perancis selama abad ke-17, dan dirumuskan melalui peraturan-peraturan penu1isan yang ketat. Yang berkuasa menentukan peraturan tersebut adalah Academia, Francaise yang didirikan oleh, Richelieu pada tahun 1635 dengan tujuan mengarahkan kehidupan sastra. Sastra harus menggambarkan kebenaran yang dapat diterima oleh masyarakat (Vraisemb1able). Yang dituntut adalah kewajaran dan kebenaran dalam bentuk dan isi (Mieke Bal, 1987:158).
Drama Klasik abad ke-17 juga memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi, yang dikenal dengan les trois Unites (tiga kesatuan), yaitu unite d? action (kesatuan lakuan), unite de temps (kesatuan waktu), dan unite de lieu (kesatuan tempat) : cerita yang dipentaskan hanya boleh terjadi dalam satu hari, di satu tempat, dan lakuan harus sederhana, artinva terdiri dari satu alur saja dengan struktur dari paparan sampai selesaian. Selain aturan tersebut dituntut juga adanya kepatuhan akan konvensi moral, sosial dan bahasa (bienseance), yang telah disepakati masyarakat jaman itu.
Perkembangan drama klasik sesuai dengan rejim politik dan situasi social budaya, dibagi tiga periode yang berhubungan dengan tiga zaman yaitu :
1. Masa pemerintahan Ratu Marie de Medicis dengan Perdana Menterinya Kardinal Richelieu, yang mewakili kekuasaan anaknya Louis XIII, yang baru berusia 9 tahun ketika harus naik tahta.
2. Masa Pemerintahan Perwalian berikutnya setelah kematian Louis XIII dan Richelieu pada tahun1643, adalah pemerintahan Anne d' Autriche, ibu Louis XIV, yang pada masa itu masih berusia 5 tahun. masa itu ditandai oleh meletusnya La Fronde, yakni pemberontakan kaum bangsawan dan sekelompok pemuka dalam parlemen Peraneis yang ingin pula berkuasa.
3. Setelah Mazarin wafat pada tahun 1661 Masa pemerintahan Monarki Absolut oleh Louis XIV ini merupakan masa kejayaan klasisisme sebagai paham yang mengagungkan keteraturan tatanan di segala bidang.
Pada akhir masa pemerintahan raja Henri IV kondisi teater dan drama dianggap kurang baik, karena belum mendapat perhatian dan bantuan keuangan dari pemerintah, dan dianggap kurang pantas bagi kaum intelektual dan dipertunjukkan di hadapan Pemuka Istana. Baru pada awal pernerintahan Richelieu, kondisi drama mulai berubah dan membaik. Perhatian Richelieu pada karya seni sangat besar, dia memberi semangat dan sekaligus perlindungan pada pengarang dan pemain drama, juga mendirikan sebuah tempat pertunjukan teater.
Berkat dorongan dari Richelieu, banyak pengarang drama mulai mengarahkan perhatiannya pada peraturan bentuk drama. Pada tahun 1629, para pemain drama Raja (Les Comediens du roi) menetap di Hotel de Bourgogne1. Untuk pertama kali drama menjadi genre sastra yang sangat dihargai dan mulai dipentaskan di hadapan kalangan bangsawan dan kalangan istana; jenis sastra ini mulai menghormati konvensi-konvensi klasik seperti Bienseance, agar para penonton tidak merasa khawatir atau tersinggung pada waktu menyaksikan sebuah adegan drama (Scherer, 1986:426).