ABSTRAKGangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang gizi disamping Kurang Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, dan Anemia Gizi besi.
Pada dewasa ini diperkirakan sekitar 30 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah defisiensi iodium. Dari jumlah tersebut lebih dari 750 ribu menderita kretin endemik, 10 juta menderita gondok endemik dan 3,5 juta menderita GAKI lainya.
Akibat negatif dari GAKI ternyata lebih luas dari sekedar terjadinya pembesaran kelenjar gondok. Yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat negatif pada susunan syaraf pusat yang akan berpengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pembesaran kelenjar gondok terhadap prestasi belajar murid sekolah dasar yang tinggal di daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah defisiensi iodium. Penelitian ini merupakan penelitian analisis dengan pendekatan Cross Sectional, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan data sekunder dari survei dampak penanggulangan GAKI nasional yang dilaksanakan tahun 1988 - 1990.
Dalam penelitian ini tingkat pembesaran kelenjar gondok diketahui dengan cara inspeksi dan palpasi kelenjar gondok untuk kemudian ditetapkan statusnya menurut kriteria WHO tahun 1990. Kemudian tingkat pembesaran kelenjar gondok dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menderita gondok terdiri dari gabungan tingkat pembesaran la, Ib, II dan III. Sera kelompok tidak menderita gondok (normal) yang terdiri dari tingkat pembesaran O. Sedangkan prestasi belajar diambil dengan cara mengutip angka rata-rata dari semua mata pelajaran yang tercantum dalam buku raport pada penilaian terakhir.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor gondok terlihat berpengaruh terhadap prestasi belajar murid sekolah dasar, terutama di daerah endemik berat yang ditunjukkan dengan tingginya prevalensi TGR.
Berdasarkan kesimpulan tersebut beberapa saran yang perlu dikemukakan adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen pengukur prestasi belajar yang baku dan objektif misalnya test IQ. Kemudian prestasi belajar perlu pula dibagi menjadi dua yaitu prestasi belajar yang bersifat intelegentif dan non intelegeftif. Perlu pula dilakukan penelitian tentang prestasi belajar yang dikaitkan dengan faktor gizi lainya disamping defisiensi iodium yaitu faktor KKP dan anemia gizi.
Selain itu disarankan pula untuk menggunakan menggunakan informasi epidemiologi yang diperoleh dari penelitian ini sebagai bahan penyuluhan khususnya dalam rangka meningkatkan "demand" terhadap garam beriodium. Kemudian disarankan agar melanjutkan upaya penanggulangan GAKI melalui suplementasi langsung baik suntikan maupun oral terutama di daerah endemik berat dan sedang. Agar penanggulangan GAKI lebih berhasil guna hendaknya diikuti pula dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat khususnya KKP dan anemia gizi.