Konstruksi-dengan dapat berupa konstruksi frasal dan klausal. Dalam konstruksi frasal, dengan adalah preposisi, sedangkan dalam konstruksi klausal, dengan adalah konjungsi. Sebagai konjungsi, dengan selalu terdapat dalam konstruksi subordinatif (klausa subordinatif yang berkonjungsi dengan selanjutnya disebut "klausa-dengan"). Telah sejak lama perhatian para ahli tertuju pada konstruksi, berpreposisi dengan. Tidak demikian halnya dengan konstruksi berkonjungsi atau bersubordinator dengan.
Pemerian konstruksi berpreposisi dengan telah tersebar di dalam berbagai tulisan tata bahasa Indonesia (Melayu) baik yang ditulis oleh ahli yang sekaligus sebagai penutur bahasa Indonesia (Melayu) seperti Slametmuijana (1951), Hadidjaja (1985), Sastradiwirja (1960), Sudaryanto (1983), Harimurti Kridalaksana (1986), dan (sejumlah tulisan) Hamian (107Y, 1980, dan 198b); maupun yang ditulis oleh ahli asing seperti De Hollander (1819/1984), Van Wijk (1909/1985), Van Ophuijď·“sen (1910/1983), Alieva (1961/1991), dan Mees (1969).
Penyebutan adanya konstruksi bersubordinator dengan ditemukan dalam sejumlah tulisan yang terbatas, yaitu dalam Fokker (1979), Junus (1967), Hamlan (1981a), Moeliono {1988), dan Suwatno (1990/1991). Deskripsi terhadap konstruksi bersubordinator dengan dalam karyakarya ini hanyalah sepintas.
Pembahasan pelesapan subjek dalam bahasa Indonesia oleh Suguno (1991) sama sekali tidak menyinggung adanya pelesapan subjek dalam konstruksi berkonjungsi dengan. Pembahasan adverbial cara dan adverbial sarana dalam bahasa Indonesia oleh Sumadinata (1992) terbatas pada konstruksi yang berpreposisi dengan.
Berdasarkan fakta-takta yang disebutkan di atas, konstruksi bersubordinator dengan belum memikat perhatian para ahli untuk mendeskripsikan secara lebih mendalam.