Perkembangan dibidang perumahsakitan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukan bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh rumah sakit, baik dalam hal tenaga, biaya dan fasilitas disamping pemanfaatan yang belum memenuhi harapan, karena hambatan ekonomi masyarakat.
Dalam kaitan dengan efisiensi rumah sakit, rata-rata lama hari rawat merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian, karena merupakan salah satu unsur dari rangkaian parameter yang dipakai dalam menilai efisiensi dari pengelolaan rumah sakit.
Lama hari rawat untuk jenis penyakit tertentu pada bagian anak RSU Bhakti Yudha terlihat lebih singkat dari standar perawatan.
Pada bulan Nopember 1992 - Januari 1993, dari sejumlah 99 anak yang dirawat inap ternyata lama hari rawat tidak sesuai standar sebanyak 63 orang. Jenis penyakitnya adalah sebagai berikut : untuk jenis penyakit gastroenteritis sebanyak 18 orang, untuk jenis penyakit bronkhopneumonia sebanyak 26 orang dan typhoid 19 orang yang bila dibandingkan dengan jumlah penderita yang lama hari rawatnya sesuai standar untuk jenis penyakit yang sama, angka tersebut lebih tinggi, sehingga pengobatan yang diberikan dirasa kurang adekuat.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai hubungan antara karakteristik penderitalpenanggung biaya dengan lama hari rawat dari beberapa jenis penyakit tertentu.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional dari data primer yang didapat melalui kuesioner serta data sekunder. Tehnik analisis yang digunakan adalah tabulasi silang/chi square. Tujuan dari analisa ini untuk membuktikan faktor-faktor apa saja yang mempunyai hubungan dengan lama hari rawat .
Dan hasil penelitian disimpulkan, bahwa lama hari rawat berhubungan dengan jenis penyakit, penghasilan, jenis penanggung biaya rumah sakit dan alasan keluar dari rumah sakit. Untuk itu disarankan perlunya mekanisme penseleksian (screening) terhadap pasien yang masuk RSU Bhakti Yudha, dengan demikian pasien dapat dirawat di ruang perawatan yang sesuai kemampuannya untuk mendapatkan lama hari rawat yang optimal. Disamping itu penyuluhan untuk pemeriksaan kembali dan operasionalisasi asuransi kesehatan juga perlu ditingkatkan.