Perubahan lingkungan hidup buatan yang dialami oleh migran Madura dari lingkungan hidup buatan Madura ke lingkungan hidup buatan Surabaya menuntut migran untuk mengembangkan suatu strategi adaptif terhadap kondisi lingkungan hidup yang baru. Agar bisa survive migran Madura harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di Surabaya.
Penelitian ini dilakukan di empat Kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan, (2) Kelurahan Gading Kecamatan Tambaksari, (3) Kelurahan Penggirikan Kecamatan Semampir, dan (4) Kelurahan Kalikedinding Kecamatan Kenjeran semua di wilayah Surabaya Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi adaptif yang dikembangkan migran Madura dalam upaya menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup buatan di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kegiatan ekonomi, interaksi sosial, pola penyebaran dan pemukiman serta nilai-nilai yang mendasari perilaku masyarakat migran Madura di Surabaya.
Penelitian ini bersifat explanatory research yang akan menjelaskan hubungan antara lingkungan dengan kebudayaan serta pola-pola yang dikembangkan migran Madura di Surabaya. Untuk memperoleh data digunakan angket dan wawancara secara mendalam. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan uji statistik deskriptif, Chi Kuadrat, Rank-Order Spearman. Sedangkan data yang bersifatkualitatif dianalisis .dengan menggunakan metode interpretasi dan pemahaman (verstehen).
Dari analisis data diperoleh beberapa temuan bahwa: (1) masyarakat Madura mempunyai etos kerja dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama orang Madura, (2) migran Madura pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan (3) dinamika diferensiasi kerja rendah, begitu juga teknologi yang mereka gunakan dalam kegiatan ekonomi, akibatnya (4) pendapatan mereka juga rendah. Rendahnya adaptasi migran Madura dalam kegiatan ekonomi ditunjukkan dengan tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan jenis pekerjaan serta tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan pendapatan.
Masyarakat migran Madura cenderung mempertahankan budayanya. Di perantauan pun mereka tetap mempertahankan nilai-nilai budaya daerahnya. Mereka merasa lebih aman dalan lingkungan budaya asalnya, sehingga cenderung bersifat eksklusif dan terkesan kurang ramah.
Migran Madura cenderung untuk hidup secara mengelompok, namun pengelompokan ini tidak ada hubungannya dengan daerah asal mereka. Mereka menyebar secara merata hanpir di seluruh wilayah Kotamadya Surabaya. Pengelonpokan ini ada hubungannya dengan pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih bertenpat tiggal di tenpat-tempat yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar. Mereka juga mempertahankan solidaritas bersama, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Solidaritas dalam kegiatan ekonomi ini menjadi kekuatan mereka dalam beradaptasi dan mengatasi masalah di Surabaya. Selain solidaritas, nilai yang adaptif dalam budaya Madura adalah sikapnya yang mau bekerja keras, menghargai setiap jenis pekerjaan, ulet dan realistis.
The man-made environmental changes experienced Madurese migrants from Madurese to Surabaya environment require them, to develop an adaptive strategy to a new environmental condition. In order to survive they have to adapt themselves to the new condition and solve their problems that they face in Surabaya.This research was conducted in four villages i.e (1) Kemayoran, K rembangan subdistrict, (2) Gading, Tambaksari sub-district, (3) Penggirikan, Semampir subdistrict, and (4) Kalikedinding, Kenjeran subdistrict. All of then are located in the northern Surabaya. This research tries to know the adaptive strategy of Madurese migrants in the new condition in Surabaya and how they face their problems in these new areas, especially to know the economic business system, the social interaction, the pattern of the spreading and the settlement and the values as the basis of their behavior in Surabaya.This research is an explanatory research, which tries to explain the relation between the environment with the culture and the patterns developed by the Madurese migrants in Surabaya. Questionnaires and deep interviews are used to collect the data. The quantitative data are analyzed by using the descriptive statistics; Chi-Square and Rank-Order Spearman. The qualitative data are analyzed by using -the interpretative an comprehension method.From the data analysis some findings are obtained: i.e. (1) Madurese community have high work ethic and solidarity to the fellow Madurese, (2) Generally Madurese migrants have low education. Because of this (3) the dynamics of work differentiation is low, so is the technology in economic business, the effect is that (4) their income is low. The low adaptation of Madurese migrants in economic business is shown by the fact that there is no correlation between the types of their work and the length of their living time and between the length of their living time and their income.Madurese migrant community tends to maintain their culture. In their foreign regions they practice their native values. They feel more secure in their native culture, so that they become exclusive and unfriendly.Madureses migrants have a tendency to live in groups, but this grouping does not have any relationship with their native regions. They spread evenly in Surabaya municipatility. This grouping has a relationship with their work. They tend to choose their place of residence near to their work. They tend to live in the places near the economic activities such as markets. Solidarity in economic activities is their power to adapt and solve their problems in Surabaya. Be-sides, the adaptive values in Madurese culture are their attitudes to work hard, to appreciate any type of work, to persevere and to be realistic.