Keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencana secara nasional oleh BKKBN dalam 2 dasawarsa terakhir nampak sangat tajam peningkatannya. Laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan dengan sangat tajam. Pertumbuhan penduduk yang pada awal pelaksanaan program KB mencapai 2.8% (hasil sensus 1971), turun menjadi 1.97% pada tahun 1991 (hasil sensus 1991). Namun demikian, keberhasilan dalam angka yang nampak tajam peningkatannya tersebut, belum sepenuhnya dapat dijadikan jaminan untuk keberhasilan-keberhasilan pada masa yang akan datang. Banyak kendala yang pada suatu saat dapat menjadi picu merosotnya keberhasilan program yang telah dicapai. Kendala ini nampak terutama dengan masih adanya kesenjangan antara pengetahuan, sikap dan praktek KB diantara kelompok sasaran program KB. Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian mengenai masalah KB yang secara eksplisit menggambarkan, bahwa tingginya tingkat pengetahuan KB belum menjamin (sufficient condition) untuk bersikap positif dan melaksanakan program KB (Hasil penelitian N Hidayat, 1980, BKKBN 1989, 1990).
Berdasarkan kerangka permasalahan diatas, tujuan penelitian ini, adalah menjelaskan faktor-faktor apa sajakah (komunikasi dan non--komunikasi) yang mempunyai kontribusi dalam membentuk kesenjangan Pengetahuan (Pe), Sikap (S) dan Praktek (Pr) KB tersebut. Penelitian yang merupakan reanalisis terhadap hasil penelitian 'Karakteristik Khalayak KIE-KB, 1990' dengan sasaran penelitian istri Mupar (muda paritas rendah dengan rentang usia dari 15-29 tahun) di 3 kabupaten Jawa barat, sepenuhnya mengandalkan tehnik manipulasi statistik melalui analisis diskriminan. Data yang sebelumnya hanya menggambarkan karakteristik khalayak mengenai aspek KB dalam besaran persentase dari total sampel 540, maka dengan analisis diskriminan sebagai analisis 'multivariate' akan dapat menjelaskan faktor-faktor (dari 12 faktor yang dipilih) yang paling dominan mempunyai kontribusi dalam membentuk kesenjangan Pe--S, Pe-Pr, dan S-Pr mereka.
Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada level uji signifikansi perbedaan antara kelompok yang mempunyai kesenjangan dan tidak mempunyai kesenjangan, hampir seluruh variabel yang dipilih (12 variabel independen) mempunyai signifikansi yang cukup kuat. Tercatat hanya variabel usia menikah, komunikasi dengan penyuluh KB dan komunikasi KB kelompok serta penggunaan majalah yang tidak mempunyai signifikansi cukup untuk membedakan kesenjangan tersebut.
Selanjutnya pada tahap analisis diskriminan, dimana ke 12 variabel diskriminan (faktor-faktor komunikasi dan nonkomunikasi) secara bersama dikaitkan dengan variabel kesenjangan, hasilnya berbeda bila dibanding dengan hasil analisis uji signifikansi. Dari hasil analisis diskriminan, ternyata hanya 5 variabel ,untuk dimensi kesenjangan pengetahuan-sikap (Pe-S), 3 variabel untuk pengetahuan-praktek (Pe-Pr) dan 4 variabel untuk dimensi kesenjangan sikap praktek (5-Pr), yang secara nyata mempunyai kontribusi pada pembentukan kesenjangan pengetahuan, sikap dan praktek KB tersebut. Variabel-variabel tersebut antara lain tingkat pendidikan, frekuensi komunikasi KB dengan suami, komunikasi dengan teman/tetangga, frekuensi mendengarkan radio/menonton televisi dan lamanya menikah. Dan dari variabel-variabel ini, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan frekuensi menonton televisi yang mempunyai kontribusi untuk membentuk ketiga dimensi kesenjangan.