Komunikasi antar pribadi pada dua individu pada dasarnya melewati proses yang unik dan spesifik pada masing-masing pihak. Apalagi jika mereka menyadari bahwa komunikasi yang dibangun memiliki satu titik tujuan yang jelas. Salah satu dari titik tujuan itu adalah adanya ikatan pernikahan yang bersifat legal formal.
Pernikahan pada dasarnya tidaklah menjamin bahwa komunikasi antar pribadi yang terjadi sudah sampai pada tingkatannya yang klimaks. Menurut Altman dan Taylor (1973) suatu hubungan antar pribadi terjadi melalui proses tahap orientasi (orientation), tahap eksplorasi pertukaran pengaruh (explorative affective exchange), tahap pertukaran pengaruh (affective exchange), dan tahap pertukaran yang stabil (stable exchange). Hal ini disebutnya sebagai social penetration. Hipotesis pertamanya adalah pertukaran informasi di tingkat antar pribadi mengalami kemajuan secara bertahap mulai dari tingkat permukaan yang dangkal, dari area yang kurang akrab ke area yang lebih akrab dari para pelaku. Adapun hipotesis yang kedua menyatakan bahwa dalam pertukaran informasi, orang menentukan nilai atau besarnya imbalan/biaya, kepuasan dan kekecewaan diperoleh dari interaksi dengan orang lain.
Meningkatnya kualitas hubungan antar pribadi tersebut hanya akan berjalan jika terjadi uncertainty reduction (Berger.1975). Pengurangan ketidakpastian didorong oleh kondisi untuk mengantisipasi interaksi di masa yang akan datang, adanya nilai tambah yang diinginkan ketika terjadi pertukaran informasi atau karena adanya kemungkinan penyimpangan yang bersifat mencelakai.
Penelitian pengurangan ketidakpastian pada pasangan menikah berbeda budaya dengan studi kasus pada pasangan menikah dengan latar belakang budaya individualistic-kolektifistik ini merupakan bagian dan kajian komunikasi antar pribadi di atas. Penelitian ini meneliti enam pasangan suami-istri dimana pihak istri berasal dari Indonesia (kolektifistik), sedangkan pihak suami berasal dari Amerika, Inggris, New Zealand, Iriandia, dan Perancis (individualistic).
Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengurangan ketidakpastian terjadi pada pasangan seperti ini, bagaimana strategi mereka untuk mencari informasi dan bagaimana kualitas hubungan pada pasangan ini mengalami peningkatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan ketidakpastian dapat dijelaskan dan digambarkan kembali dengan menggunakan uncertainty reduction theory yang secara khas terjadi pada setiap pasangan secara bervariasi, baik kedalaman maupun keluasannya. Adapun strategi pencarian informasi yang dilakukan lebih banyak dilakukan dengan strategi interaktif yang dipadukan dengan strategi aktif. Kedua strategi ini dipergunakan masing-masing pasangan secara komplementer untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik tentang pasangannya.
Berkurangnya ketidakpastian membantu meningkatnya kualitas hubungan. Meskipun tidak semua pasangan telah mencapai tahapan stable exchange akan tetapi proses yang dilalui dapat dijelaskan oleh social penetration theory. Berbagai hambatan dalam peningkatan kualitas hubungan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor bahasa dan budaya. Perbedaan bahasa, termasuk dialek Bahasa Inggris yang dipakai, seringkali menyebabkan timbulnya salah penafsiran. Perbedaan budaya membuat pasangan ini harus lebih siap melakukan adjustment
Meskipun latar belakang budaya berpengaruh dalam pola hubungan antar pribadi pada pasangan ini, akan tetapi perbedaan atau konflik lebih didasarkan oleh perbedaan karakter kepribadian setiap individu pasangan. Untuk mengatasi perbedaan dan konflik yang terjadi, komunikasi interaktif lebih banyak dipilih dan dimanfaatkan. Selain daripada itu, sikap menerima dan sabar juga ikut membantu mengatasi perbedaan dan konflik yang terjadi pada pasangan ini.
Penetitian ini menguatkan bahwa peningkatan kualitas hubungan antar pribadi terjadi metalui penetrasi sosial dan untuk itu pengurangan ketidakpastian menjadi bagian yang tidak terpisahkan.