RingkasanJumlah penduduk yang besar, ketimpangan penduduk antar wilayah dan pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah merupakan ciri-ciri kuantitatif penduduk Indonesia. Sedangkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk, tingginya angka kematian bayi dan rendahnya angka harapan hidup waktu lahir adalah merupakan ciri-ciri kualitas penduduk. Dengan memperhatikan ciriciri penduduk tersebut, serta adanya variasi angka kematian bayi antar wilayah dan daerah tempat tinggal (pedesaan-perkotaan); maka dalam tesis ini akan dipelajari kematian bayi di Sulawesi.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari asosiasi atau pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap kematian bayi di Sulawesi. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi akan dilihat dari karakteristik individu dari responden itu sendiri seperti : pendidikan, pendidikan suami, status pekerjaan, pekerjaan suami dan tempat tinggal.
Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi, pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pasta persalinan serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya. Di samping itu pendidikan berkaitan erat dengan faktor sosial ekonomi lainnya seperti pekerjaan, penghasilan, perumahan dan tempat tinggal. Penduduk dengan pendidikan rendah biasanya berpenghasilan rendah, bertempat tinggal di lingkungan yang kurang sehat atau miskin, sehingga mempunyai resiko kesakitan dan kematian yang tinggi.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Survey Prevalensi Indonesia (SPI) 1987, SPI merupakan proyek kerja sama antara Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), The Institute for Research Development (IRD), dan Biro Pusat Statistik (BPS). Survey ini dilaksanakan pada bulan September - Desember 1987 di 20 propinsi di Indonesia dengan maksud untuk mengumpulkan data mengenai fertilitas dan Keluaga Berencana. Kelompok sasaran dari SPI adalah wanita berumur 15-49 tahun yang pernah kawin. Sebanyak 11.844 responden di hampir 15.000 rumah tangga terpilih diwancarai secara mendalam oleh 90 orang pewawancara wanita yang telah dilatih secara intensif. Untuk empat propinsi di Sulawesi yang tergabung dalam 14 propinsi di luar Jawa - Bali I dan II, cakupan sampel meliputi 1.268 rumah tangga dengan jumlah responden sebanyak 1069 orang.
Untuk mempelajari asosiasi atau pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap kematian bayi dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah 1). Statistik deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel sosial ekonomi dan antara yang diperhatikan dan 2). Statistik inferensial yang bertujuan untuk mempelajari besarnya hubungan serta kuatnya peran variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tak bebas yaitu kematian bayi, di samping itu dipakai untuk mempelajari perbedaan proporsi dan perbedaan resiko kematian bayi menurut tempat tinggal.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kematian bayi lebih tinggi di pedesaan dibanding di perkotaan. Namun dalam penelitian ini, berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diperoleh proporsi kematian bayi yang lebih tinggi di perkotaan dibanding di pedesaan. Sedang berdasarkan hasil uji statistik inferensial dengan menggunakan statistik Odd-Ratio bersyarat, menunjukkan adanya variasi angka kematian bayi yang lebih tinggi di daerah perkotaan atau di pedesaan, tergantung dari indikator variabel yang digunakan dalam model. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis dari setiap model yang diperhatikan, dalam Model Pertama yang digunakan dalam penelitian ini.
Dari semua variabel antara yang diperhatikan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel jarak kelahiran (VIC), sumber air minum (SAM), tempat buang air besar (TBA) dan tempat melahirkan (ITM) mempunyai pengaruh langsung yang berarti secara statistik terhadap kematian bayi di Sulawesi.
Demikian pula ditunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistik inferensial, asosiasi atau pengaruh variabel sosial ekonomi dan antara secara bersama-sama terhadap proporsi kematian bayi, interaksi indikator variabel pendidikan tamat SLTP+ (IPI2) dan status pekerjaan (IKI) dengan tempat tinggal (ITT) mempunyai pengaruh yang berarti tehadap proporsi kematian bayi. Hal ini menunjukkan bahwa indikator variabel pendidikan tamat SLTP+ dan status pekerjaan mempunyai perbedaan pengaruh yang berarti terhadap proporsi kematian bayi menurut tempat tinggal. Sedang interaksi indikator variabel pendidikan suami (IPS1 dan IPS2) dan pekerjaan suami (IKS) dengan tempat tinggal (ITT) tidak mempunyai perbedaan pengaruh secara statistik dengan tempat tinggal. Demikian pula variabel utama yang diperhatikan indikator variabel pendidikan (IPI1 dan IPI2), status pekerjaan (IKI) yang signifikan pada a = 0,05; yang berarti bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kematian bayi.
Pengaruh tidak langsung faktor sosial ekonomi berdasarkan Model Kedua (berlakunya model Mosley dan Chen), ditunjukkan bahwa indikator variabel pendidikan suami (IPS1 dan IPS2) yang tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kematian bayi melalui variabel tempat buang air besar (TBA) dan variabel tempat melahirkan (ITM). Demikian pula variabel status pekerjaan responden (IKI) dan pekejaann suami (IKS) tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kematian bayi melalui Variabel sumber air minum (SAM). Sedang variabel tempat tinggal (ITT) tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kematian bayi melalui variabel jarak kelahiran (VIC) dan tempat melahirkan (ITM).