UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Masalah Integrasi Sosial di Unit Pemukiman Transmigrasi Desa Waimital Kecamatan Kairatu Propinsi Maluku

Soumokil, Tontji; Robert Markus Zaka Lawang, supervisor; Paulus Wirutomo, supervisor; Martani Huseini, examiner; Samuel, Hanemann, examiner (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992)

 Abstrak

Pertemuan antar kelompok etnis yang berlainan dapat menimbulkan sejumlah masalah, seperti: adaptasi, integrasi, konflik sosial dan sebagainya. Desa Waimital sebagai desa yang dihuni para transmigran asal Jawa dan penduduk setempat, mengalami banyak masalah integrasi. Karena itu, pertanyaan yang akan dijawab antara lain: bagaimana proses integrasi sosial bisa terwujud di antara mereka; hal-hal apa yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan proses tersebut.
Teori-teori integrasi dalam sosiologi yang dikemukakan oleh para sosiolog (seperti, Landecker, Durkheim, Parson, Angell dan sebagainya) dapat dipakai untuk menjelaskan atau menggambarkan proses integrasi yang terjadi pada kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang sosial-budaya dalam studi ini.
Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara metode deskriptif dan eksplanasi dengan memilih masyarakat desa Waimital kecamatan Kairatu Propinsi Maluku sebagai lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan empat cara, yaitu: wawancara berstruktur dengan responden sampel, wawancara bebas dengan sejumlah informan, pengamatan langsung terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, penelaahan dokumen. Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan bantuan tabel-tabel silang.
Kenyataan menunjukkan bahwa penempatan para transmigran asal Jawa di desa Waimintal dilakukan secara bertahap. Pada tahun 1954/1955 berhasil dikumimkan transmigran gelombang I asal Jawa Timur dan Tengah sebanyak 257 KK {880 Jiwa); tahun 1970/1971 transmigran gelombang ke-II asal Daerah Khusus Yogyakarta sebanyak 50 KK (233 Jiwa); dan pada tahun 1972/1973 gelombang ke-III(terakhir) asal Jawa Timur sebanyak 100 KK (479 Jiwa) ditempatkan di desa ini. Sampai dengan saat penelitian ini berlangsung diketahui bahwa dari jumlah penduduk desa sebanyak 3280 orang ternyata 2974 orang adalah etnis Jawa ; 243 orang adalah etnis Ambon, dan 63 orang lain adalah etnis Sulawesi, Flores dan Timor.
Dalam perjalanan sejarah perkambangan masyarakat Waimintal dari tahun 1954 sampai saat penelitian ini dilaksanakan, temuan penelitian lapangan menunjukkan bahwa kebijaksanaan pemukiman penduduk yang diterapkan pemerintah dengan sistem 'integrated pluralism' (dimana orang Ambon dan Jawa tidak dipisahkan secara geografis berdasarkan asal-usul) mendorong mereka untuk membiasakan dirinya melihat sesuatu dalam perspektif yang lebih luas.
Sejalan dengan kebijaksanaan politik tersebut itu, orang Ambon sudah menjalin hubungan perkawinan campuran dengan orang Jawa. Karena itu, hubungan interaksional dengan mereka dan di antara mereka tidak hanya terbatas pada kesamaan asal-usul semata-mata, tetapi mulai terjalin hubungan yang lebih luas dengan sesama warga desa, lama kelamaan diberi makna kultural struktural di dakamnya sehingga dengan kekuatan itu konflik sosial dapat dihindari.
Di samping itu, kurun waktu lamanya kehidupan bersama dengan pola pemukiman yang membaur di antara mereka memungkinkan pola interaksi yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan status 'ketetanggan' yang ada pada seseorang.
Dalam hubungan interaksional yang lebih luas yakni antar kelompok, nilai-nilai etika agama dan budaya yang dianut masing-masing kelompok dapat diterapkan seluruhnya. Sebab itu, rendahnya tingkat pengetahuan timbal-balik tentang nilai, norma dan adat kebiasaan ternyata tidak ditafsirkan secara kaku dan sempit, karenanya interaksi dan partisipasi timbal-balik nyata lebih intensif. Tidak ditemukan sikap anti pati antara satu terhadap yang lain, sekalipun individu maupun salah satu kelompok berada pada posisi pengambil prakarsa. Kesediaan seperti itu mencakup berbagai derajat pemahaman simpatik terhadap sesama warga desa sebagai tetangga, sebagai teman seperkumpulan maupun sebagai teman kerja sama dalam mengatasi masalah ekonomi rumah-tangga. Karena itu, identitas diri mereka berkembang dan kembali muncul dalam peranan-peranan sosial yang ditampilkannya.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi agama budaya yang berada di antara mereka sekaligus menjadi potensi positif untuk mendorong proses integrasi sosial. Karena mereka mampu secara tepat dapat menempatkan kepelbagaian agama dan budaya tidak sebagai dikotomi yang mesti dipertentangkannya melainkan suatu dualisme yang berjalan sejajar untuk saling melengkapi dalam sisi kelebihan dan kekurangannya. Karena itu, kekuatan-kekuatan integratif yang ada di dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai sarana-sarana sosialisasi guna mencapai derajat integrasi sosial yang diinginkan, yakni kehidupan berdampingan secara harmonis.
Kesimpulan dari studi ini adalah integrasi sosial di antara mereka telah tercapai, sekalipun kenyataan-kenyataan lain mungkin saja bisa melahirkan konflik konflik insidental yang bersifat personal di dalam masyarakat desa yang diteliti ini.

 File Digital: 1

Shelf
 T6793-Tontji Soumokil.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resources
Deskripsi Fisik : xiv, 251 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-18-769403552 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 82700
Cover