UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Identitas budaya Nisei studi kasus: nisei dan kehidupan kamp dalam dua otobiografi karya nisei

Leany Nani Harsa; Sapardi Djoko Damono, 1940-2020, promotor; Melani Budianta, co-promotor; Okke Saleha K. Sumantri Zaimar, examiner; Soenarjati Djajanegara, examiner; Sjafri Sairin, examiner; Lilawati Kurnia, examiner; Reni Winata, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003)

 Abstrak

ABSTRAK
Disertasi ini memuat penjelasan mengenai identitas budaya Nisei, generasi kedua imigran Jepang di Amerika. Dalam menjelaskan permasalahan identitas etnik ini, saya menyoroti bagaimana kejepangan atau pun keamerikaan digambarkan sebagai alternatif konstruki identitas Nisei. Selain itu juga mengungkapkan bagaimana Nisei mengkonstruksi identitas hibrid mereka sehubungan dengan peristiwa kamp relokasi, penempatan yang memegang peranan utama dalam kehidupan mereka. Ketika mengulas permasalahan identitas budaya ini saya menggunakan istilah yang digunakan Sollors yaitu descent yang mengacu kepada unsur-unsur keturunan dan consent yang mengacu kepada unsur-unsur lain. Dalam menganalisis saya menggunakan teori ilmu budaya yang berhubungan dengan permasalahan identitas etnik yaitu teori Stuart Hall dan Homi Bhabha.
Penelitian dilakukan terhadap dua buah otobiografi hasil karya Nisei yaitu Nisei Daughter (1953) yang ditulis oleh Monica Sone dan Farewell To Manzanar (1973) yang ditulis oleh Jeanne Wakatsuki Houston. Melalui representasi tokoh utama Nisei diungkapkan bahwa identitas budaya bukanlah suatu konstruksi yang mapan. Identitas ini dibangun sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi tokoh utamanya sehingga sejalan dengan pendapat Hall yang mengatakan bahwa identitas budaya bersifat cair sehingga menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi. Sebelum masuk kamp, Nisei menunjukkan keinginan kuat untuk menjadi orang Amerika seperti yang tampak jelas melalui orientasi budaya mereka yaitu kebudayaan Amerika. Namun diposisikan sebagai ?Yang lain? dan sebagai musuh Amerika ketika Perang Dunia kedua, mereka meredefinisi konsep diri mereka Asian Exclusive Act (1911), Alien Land Bill (1913), Executive Order 9066, serta kondisi yang memprihatinkan di dalam kamp menjadi pemicu titik balik orientasi budaya mereka. Setelah keluar dari kamp mereka menegosiasikan identitas budaya mereka menjadi identitas budaya hibrid yaitu sebagai hyphenated American atau orang Amerika yang memiliki karakter oriental. Dengan demikian maka terlihat bahwa identitas budaya Nisei selalu berada dalam proses dan bukanlah merupakan identitas yang esensial.
Melalui sejumlah unsur pembangun cerita seperti ironi, tokoh yang ambigu dan kesenjangan antara tokoh utama dan pengarang tersirat, kedua otobiografi memperlihatkan bagaimana sikap paradoks pemerintah dan perilaku diskriminatif masyarakat Amerika mempengaruhi orientasi budaya Nisei. Kehidupan kamp yang menunjukkan bagaimana Nisei ditempatkan oleh pemerintah Amerika menjadi acuan Nisei untuk memposisikan diri dalam masyarakat multikultur. Dengan demikian maka otobiografi ini mampu mengungkapkan permasalahan kesukubangsaan yang merupakan pengetahuan penting bagi masyarakat yang beragam sehingga ruang interaksi antarsuku bangsa dan antarkebudayaan di dalam masyarakat multicultural dimungkinkan terbentuk.

ABSTRACT
This dissertation examines the continual transformation of cultural identity as shown in the works of Nisei writers, second generation of Japanese immigrant in America. The literary works contributed are two autobiographies, Nisei Daughter (1953) written by Monica Sane and Farewell To Manzanar (1973) by Jeanne Wakatsuki Houston. In explaining the complexities of ethnicities as it functions in American society, I use Sailors' terms of the concept of ethnicity, ?descent? and ?consent?. Descent relations are those defined by ?heredity? while consent relations are those of `law or marriage'. In analyzing ethnicity in America, I spotlight on how Japaneseness or Americanness displays as alternative Nisei's identity construction. Besides, I explain on how Nisei construct their hybrid identity in conjunction with their World War II relocation experience. My analysis of Sone's and Houston's is built around the theories used in cultural studies namely Stuart Hall's and Home Bhabha's.
My interpretation of representations of both major characters reveals that ?positioning? plays an important role in constructing their cultural identity. Identity, as a production, is never complete, and always in process. Hall explains that cultural identity is a matter of becoming as well as of ?being?. Cultural identities come from somewhere; have histories so that they undergo constant transformation. Both autobiographies reveal that before the camp experience, their main characters assert their American identity as a loyal American born citizen. Through vivid description, the cultural orientation of Nisei is American culture. However, positioned as the `Other' and as an enemy during the World War II, they redefine their self-concept. They claim that Asian Exclusive Act (1911), Alien Land Bill (1913), Executive Order 9066 (1941), and the poor condition of the camps are triggers of their turning point of their cultural orientation. Being positioned as an alien, they realize that the American law is a paradox. Nisei is American by descent relation while at the same time they are considered as Japanese due to their `blood'. As a reconciliation, when they depart camps, they negotiate their hybrid identity so that they fell no longer pure American but hyphenated American or American with oriental characters. As a conclusion I prove I that the cultural identity of Nisei is not a shared culture. It is not essential and stable but it is considered as fluidity.
Through the use of literary devices such as irony, ambiguous characters as well as a distance between implied author and the main character, the autobiographies reveal the concept of ethnicity plays a paradoxical role in American society. Along with American society's racial discrimination, the harsh treatment has an impact on Nisei? cultural orientation. The World War II relocation experience is a reference for the Nisei on how the American government positions them in multicultural society. By all means, both autobiographies are successfully able to reveal the ethnicity's problem. This condition stimulates the society to open a space for ethnic interaction in multicultural society.

 File Digital: 1

Shelf
 Identitas budaya-Full text (D 496).pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Disertasi Membership
No. Panggil : D496
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : ix, 216 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D496 07-17-758490107 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 83098
Cover