UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Kakawin usana Bali Mayantaka carita: suntingan teks, terjemahan serta telaah bentuk kakawin dan konsep-konsep kepercayaan

I Nyoman Weda Kusuma; Edi Sedyawati, 1938-, promotor; I Gusti Ngurah Bagus, co-promotor; Achadiati Ikram, 1930-, examiner; Soerjanto Poespowardojo, examiner; Sapardi Djoko Damono, 1940-2020, examiner; Gondomono, examiner; Sri Sukesi Adiwimarta, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998)

 Abstrak

Naskah Usana Bali Mayantaka Carita ditemukan dalam bentuk Kakawin, Babad, Geguritan atau Parikan. Dari penggunaan bahasanya dapat ditemukan bahwa bentuk Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) lebih tua dibandingkan dengan naskah yang lain. Oleh karena itu UBMC dijadikan dasar telaah dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan aspek penelitian filologi yang menentukan naskah paling tua untuk dijadikan dasar telaah, karena dianggap naskah yang ditulis oleh pengarangnya.
UBMC ditulis oleh Nirartha di Bali, sekitar awal abad ke-16. Naskah tersebut ditemukan 10 buah, yakni: 4 naskah lontar dan 6 naskah kertas (8 naskah ditulis dengan huruf Bali dan 2 naskah ditulis dengan huruf Latin). Hasil seleksi dari naskah UBMC tersebut, ditemukan satu naskah memiliki keunggulan, dari segi keutuhan cerita, bentuk tulisannya yang mudah dibaca dan tidak ditemukan "huruf yang dimatikan". Dengan demikian dalam edisi teks digunakan metode landasan. Teks UBMC yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teks UBMC milik Gedong Kirtya Singaraja.
Teks UBMC tersebut ditransliterasi ke dalam huruf Latin, diterjemahkan dalam ke bahasa Indonesia, disunting, ditelaah bentuknya, dan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung di dalamnya.
Telaah bentuk UBMC ditemukan bentuk-bentuk metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya (India), metrum asli Indonesia dan motrum-metrum yang tidak diketahui asal dan namanya. Dan 44 pupuh dalam UBMC, ditemukan 25 pupuh tidak diketahui asal dan nama metrumnya. Metrum-metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya yang adalah: Sikharini (2 pupuh), Sardulawrikridita (2 pupuh), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, dan Swangsapatra. Sedangkan metrum Indonesia adalah: Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, dan Utgata-Wisama atau Rahitiga.
Setiap bait Kakawin terdiri atas empat baris, masing-masing baris mempunyai jumlah suku-kata dan metrum yang sama. Namun dalam UBMC ditemukan 10 bait yang terdiri atas 3 baris dengan metrum yang berbeda setiap barisnya pada pupuh XXXIX.
Telaah satuan naratif UBMC, ditemukan satuan naratif berkelanjutan (Mahaprabhu?) setelah satuan naratif terakhir (Rdhimat). Satuan naratif tersebut mengungkap raja Makabika yang sangat berjasa di Bali, tetapi tidak mencapai moksa karena Zaman Kali. Rangkaian satuan naratif UBMC adalah: Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, dan Rdhimat serta Mahaprabhu (?).
Satuan-satuan naratif UBMC itu didukung oleh tokoh-tokoh ceritanya. Dari telaah fungsi tokoh ceritanya ditemukan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung dalam karya tersebut. Konsep-konsep kepercayaan itu niengenai keberadan Dewa Siwa yang disebut dengan berbagai nama; Dewa Catur Lokapala, Punarbhawa, Moksa, Catur Purusartha Trikaya Parisudha, Catur Warna, Sad Satru, Yuga, Tirtha, Manusia pertama di Bali, mati dalam perang, dan Upacara (yadnya).
Telaah konsep-konsep kepercayaan dalam UBMC mengenai keberadaan Dewa Siwa dengan berbagai nama, seperti Dewa Iswara, Dewa Mahadewa, Dewa Rudra, dan Dewa Maheswara menunjukkan manifestasi Dewa. Siwa sebagai pusat Dewa Nawasanga. Telaah konsep Dewa Catur Lokapala mengukuhkan Dewa-dewa penguasa arah mata angin kelompok empat, yaitu: Dewa Indra di timur, Dewa Yama di selatan. Dewa Bharuna di barat, dan Dewa Kwera di utara. Telaah konsep Punarbhawa mengukuhkan keberadaan roh yang menjiwai manusia tidak pernah mati, dan akan menjelma ke dunia sesuai dengan karmanya. Telaah konsep moksa menunjukkan roh yang menjiwai manusia akan bersatu (melebur diri) dengan sumbernya (Tuhan), apabila tidak meninggalkan bekas apa-apa dalam kehidupan ini. Telaah konsep Trikaya Parisudha, Catur Warna, dan Sad Ripu (Sad Satru) menunjukkan tata cara bertingkah laku yang baik (berpikir, berkata, berbuat, dan saling menghormati) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan telaah konsep Upacara (Yadnya) menunjukkan salah satu cara untuk melaksanakan pemujaan, menyatukan dirt memohon kesejahterann lahir dan bathin ke hadapan Dewa Siwa yang dimuliakan di Gunung Tolangkir (Besakih). Berdasarkan telaah konsep-konsep kepercayaan itu dapat dikemukakan bahwa dalam UBMC mengandung konsep kepercayaan Agama Hindu.

The Usana Bali Mayantaka Carita text can be found in four different texts, namely in Kakawin, Babad, Geguritan (Parikan). Based on the use of the language of those texts, it can be determined that Kakawin is the oldest text compared to the other types of the texts. Thus Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) is used as the object of the investigation. This is in accord with the position taken in philological study which considers that the oldest text as the primary object of study because this type of text is regarded to be written by the original author.
Nirartha in Bali wrote UBMC in the early 16th century. Ten texts of Mayadanawa were found. Four of them are lontar texts and the other six texts are paper texts. Eight texts were written in Balinese script and the rest were written in Roman script: The result of the selection of the texts shows that one of the texts shows its superiority in terms of the unit of the story, its being easy to read, and there is no letter which is not `killed` if it is compared to the other UBMC texts. Thus in editing the texts the basic method is used. The basic text is the UBMC, which is the collection of Gedong Kirtya Singaraja (which was coded A). The UBMC texts were transliterated into Roman script and translated into Indonesian. Then they were edited. Those texts were also analyzed in terms of their forms and the religious concepts, which are available in those texts.
The form analysis of the UBMC shows that are three kinds of poetic metres. The three poetic metres include those, which ask originalited from Kawya (Indian) literature, Indonesian metres, and those metres, of which their origin cannot be determined. Form the 44 cantos in UBMC, the origin as well as their metres of 25 cantos cannot he determined. The metres from kawya literature, which were used, are Sikharini (2 stanzas), Sardulawrikridita (2 cantos), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, and Swangsapatra. While the Indonesian poetic metres used are Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, and Utgata-Wisama or Rahitiga.
Every couplet in Kakawin consists of four liners and every, line consists of the same number of syllables and poetic metres. In UBMC there are ten couplets, which consists of three lines, which has different poetic metres in each line. This is found in canto =XXIX.
From the analysis of narrative coherency, a continuous narrative is found (Mahaprabu?) after the last narrative unit (Rdhimat). That narrative unit expressed the life of the King Makabika who has rendered Bali with great services, but he does no reach `moksu' in Kali period. The unit of UBMC narratives consists of Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, and Rdhimat with Mahaprabhu (?).
Its characters support the UBMC narrative unit. From the analysis of these characters, the religious concepts which they contain were found which included the concept of the God Silva which has a number of different names, Dewa Catur Lokapala, Phunarbhawa, Masai Calur 'Varna, Trikaya Parisudha, Sad Satru (Sad Ripu) and Upacara or Yadnya concept.
The religious concept of Silica in UBMC with various different names such as Iswara, Mahadewa, Rudra, and Maheswara shows the concept of Dewa Nawasanga. The analysis of the concept Dewa Catur Lokapahala shows the four Gods that master the four directions, that is, Dewa Indra in the east, Dewa Yarna in the south, Dewa Bharuna in the west and Dewa Kuwera in the north. The Phunarbhawa consept is about the soul of the human beings, which never dies and will reincarnate in accordance with his Karma in one's previous life. The Moksa concept means that the soul of the human being will unite with the Supreme God and leaves no trace in this world. The concepts of Trikaya Purisudha, Catur Warna, and Sad Ripu (Sad Satru) show how to behave well in the society, whereas the concept of Upacara (Yadnya) is one of the ways to worship the God Siwa, who is worshipped in Tolangkir Mount in Besakih. Based on the analysis of the above concepts, it can be said that UBMC has a Hinduism Concept.

 File Digital: 1

Shelf
 Kakawin usana-Full text (D 175).pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Disertasi Membership
No. Panggil : D175
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xvi, 275 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D175 07-18-593222890 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 83545
Cover