Industri rokok merupakan industri strategis dimana selain mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, industri ini juga memberikan sumbangan cukai yang cukup besar bagi penerimaan pemerintah.
Sejak tahun 1998, pemerintah telah berulangkali menaikan tarif cukai rokok dimana kebijakan itu ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah. Pada hal, cukai dikenakan pada rokok dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi masyarakat agar eksternalitas negatif yang muncul dapat ditekan.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adaiah ingin melihat seberapa besar pengaruh tarif cukai mampu menekan konsumsi rokok masyarakat. Kemudian hipotesis yang diajukan adalah tarif cukai rokok memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsinya.
Studi ini menggunakan model ekonometrika yang dibangun dari tiga persamaan permintaan rokok yang kemudian disatukan menjadi sebuah sistem persamaan besar. Masing-masing permintaan rokok dipengaruhi oleh harga, harga rokok Iain, income dan tarif cukai rokok. Untuk memperoleh hasil estimasi yang memuaskan maka model ini menggunakan sistem pendugaan seemingly unrelated regression.
Secara umum, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rnasing-masing permintaan rokok dipengamhi secara signifikan oleh variabel bebasnya. Hal tersebut ditunjukan oleh masing-masing koefisien variabel bebasnya yang memiliki nilai t-statistik signinkan pada <1 = 5 %. Masing-masing persaman juga memiilki nilai R-squared yang cukup besar yaitu di atas 0,95.
Permintaan rokok SKM memiliki elastisitas harga sebesar 1,64, artinya, jika ada kenaikan harga sebesar satu persen akan mengurangi permintaan rokoknya sebanyak 1,64 %. Elastisitas harga rokok ini termasuk yang elastis atau permintaan rokok SKM sensitif terhadap perubahan harga. Oleh karena Itu, tarif cukai memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan rokok SKM.
Sedangkan, permintaan rokok SKT tidak sensitif terhadap perubahan harganya atau memiliki elastisitas yang inelastis. Hal itu ditunjukan oleh nilai elastisitas harganya yang sebesar 0,33. Artinya jika ada kenaikan harga rokok sebesar satu persen hanya akan mengurangi permintaan rokok sebanyak 0,33 %. Dengan demikian tarif cukai rokok tidak memiiiki pengaruh signifikan terhadap permintaan rokok SKT.
Permintaan rokok SPM memiliki elastisitas yang elastis atau sensitif terhadap perubahaan harga. Hal itu ditunjukan oleh nilai elastisitas harganya yang sebesar 1,08. Artinya jika ada kenaikan harga sebesar satu persen akan mengurangi permintaan rokoknya sebanyak 1,08 %. Oleh karena itu, tarif cukai rokok memiliki pengaruh negatif terhadap perminman rokok SPM.
Akan tetapi, data konsumsi rokok perkapita masyarakat dalam setahun, menunjukan bahwa kenaikan harga tidak langsung mengurangi konsumsi rokok masyarakat. Dari data-data itu, ditunjukan bahwa konsumsi rokok SKM dan SKT tidak Iangsung berkurang seiring dengan kebijakan kenaikan tarif cukai yang dilakukan pemerintah. Bahkan konsumsi rokok SKT mengalami peningkatan di saat harga rokok naik. Hanya konsumsi rokok SPM saja yang turun seiring dengan meningkatnya harga rokok itu.
Hal itu menggambarkan bahwa kebijakan tarif cukai hanya menyebabkan perubahaan pola konsumsi rokok masyarakat. Perbedaan tarif antara satu jenis rokok dengan jenis rokok lainnya menyebabkan perbedaan harga dari masing-masing rokok. Dengan demikian konsumen akan berpindah dari rokok yang harganya lebih mahal ke rokok yang lebih murah.