Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC) merupakan alat tes psikologi yang mengukur inteligensi dan prestasi pada anak usia 2-6 hingga 12-5 tahun. Tes ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1983, dan teruji secara validitas, reliabilitas, dengan susunan butir soal yang baik. Alat ini mengukur konstruk inteligensi berdasarkan teori yang berorientasi proses dan mengukur prestatif berdasarkan pertimbangan logis bahwa prestasi dan inteligensi bersama-sama mempengaruhi fungsi intelektual anak saat ini.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan adaptasi terhadap tes K-ABC skala Prestatif agar dapat digunakan di Indonesia terutama bagi usia kanak madya (8 s.d. 9-11 tahun). Pendekatan IRT sebagai suatu revisi terhadap metode klasik dilakukan pada analisis butir soal. Juga dilakukan uji validitas untuk mengetahui kualitas tes K-ABC skala Prestatif.
Penelitian payung ini melibatkan 122 subyek (usia 4 hingga 12-5 tahun), dengan 31 subyek usia kanak madya yang berdomisili di daerah Jakarta dan Depok. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes secara individual. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan metode IRT terhadap 122 subyek, dan secara kualitatif terhadap 31 subyek kanak madya. Pada uji validitas digunakan validitas kriteria yang bersifat konkuren dengan perhitungan korelasi Pearson, yakni mengkorelasikan skor estimasi kemampuan pada subtes skala Prestatif tertentu dengan aspek tertentu dari penilaian guru terhadap prestasi subyek.
Hasil analisis kuantitatif secara umum menunjukkan bahwa butir-butir soal belum tersusun menurut derajat kesukaran. Pembahasan mengenai susunan butir soal tersebut dijelaskan secara kualitatif yakni dikaitkan dengan beragam teori pada kanak usia madya. Nilai validitas menunjukkan korelasi yang cukup pada tiga subtes: Ragam Kata, Wajah dan Tempat serta Berhitung. Korelasi yang rendah pada satu subtes: Membaca, Mengeja, Mengkode dan korelasi yang tidak signifikan pada dua subtes: Menebak, dan Membaca, Memahami.
Disarankan untuk melakukan revisi terhadap butir soal subtes Membaca, Mengeja, Mengkode. Menggunakan teknik sampling yang lebih memadai dengan ukuran sampel yang lebih diperbesar. Untuk uji validitas sebaiknya ditekankan pada uji validitas konstruk. Seandainya akan menggunakan uji validitas kriteria dengan kriteria penilaian guru, dipertimbangkan jumlah butir soal yang lebih banyak dengan pilihan jawaban yang lebih netral.