Masalah penentuan route pesawat bukan saja merupakan masalah yang beruiang terjadinya, tetapi juga merupakan masalah yang kornpleks dan penting bagt perusahaan jasa angkutan udara. Kesalahan penentuan route bukan saja akan mengakibatkan bertambahnya biaya operas! perusahaan, tetapi juga akan rnengakibatkan kapasitas daya angkut yang tersedia menjadi tidak efisien. Berita harian KOMPAS tanggal 7 September 1996 : "Penumpang Naik, tap! Merpati Masih Merugi", adalah cukup relevan untuk membuka permasalahan ini. Merpati sebagai BUMN sarat dengan beban yang harus dipikulnya yaitu sebagai penerbangan komersial, penerbangan perintis dan pengguna pesawat produk dalam negeri. Sebagai penerbangan komersiai perusahaan diharuskan mencetak laba, sedangkan sebagai penerbangan perintis harus bersedia melayani sebagian besarjalur kurus.
Masalah yang dibahas dafam Tugas Akhir ini adalah bagatmana menetukan route penerbangan dan jumlah frekwenst mastng-masing pesawat yang optimum dalam melayani setiap route penerbangan. Skenaho perrnasalahan dapat terdiri dari keinginan perusahaan untuk menghasilkan profit yang maksimum atau kebijakan perusahaan atau pemerintah untuk melayani semua demand atau penumpang, atau keharusan menggunakan jenis pesawat tertentu. Masing-masmg skenano mi dapat diformulasikan kedalam Linear Programming dimana hastinya akan membawa dampak pada profit yang dihasilkan perusahaan. Dapat dikatakan esensi permasalahan yang sebenarnya adalah setiap kendala atau kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan akan berpengaruh pada keuntungan yang dicapai.
Dalam pembahasan ini akan dibandingkan dua skenario yang dihadapi perusahaan, yaitu skenario "Satisfy Demand" dan skenario "Satisfy Profit". Dalam skenario satisfy demand semua demand atau penumpang harus dilayani, sedangkan pada skenario satisfy profit tidak semua demand atau penumpang harus dilayani atau dengan kata lain perusahaan hanya beroperasi pada route-route yang menguntungkan saja. Dalam membahas suatu route dalam fleet assignment seharusnya mempertimbangkan route tersebut dalam satu sistem atau route secara keseluruhan sehingga akan dihasilkan nilai optimum dari sistem tersebut. Tetapi karena terbatasnya software komputer untuk menganalisa route ini secara keseluruhan, maka hanya beberapa route saja yang dianalisa dalarn model ini. Akibatnya solusi yang dihasilkan hanya dalam bentuk lokal optimasi.