Penelitian dalam karya akhir ini akan membahas mengenai pengaruh pergerakan indikator ekonorai, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kurs Rupiah (IDR) terhadap US Dollar (USD), terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Sektoral yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran lime varying beta industri di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode Januari 1996 - Desember 2001. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder harian yang diperoleh dari informasi yang terdapat di Bursa Efek Jakarta, meliputi Indeks Harga Saham Sektoral dan Indeks Harga Saham Gabungan , serta data mengenai kurs IDR terhadap USD yang diperoleh di Bank Indonesia, Data diawali pada tahun 1996 - 2001 dengan maksud untuk mengetahui fenomena resiko yang akan terjadi dalam resiko investasi saham di pasar modal Indonesia khususnya Bursa Efek Jakarta- Dengan demikian, perbedaan keadaan yang terjadi dapat diketahui dengan jelas pada saat sebelum terjadinya krisis ekonomi, pada saat Indonesia mengalami puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan pada saat setelah terjadinya puncak krisis ekonomi.
Penelitian ini pun akan mencoba untuk membuat persamaan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut dengan memperhatikan nilai error I residu persamaan, karena residu tidak selamanya bersifat konstan sepanjang waktu (homoscedastic) tetapi residu juga dapat bersifat tidak konstan (heteroscedastic). Dengan memperhatikan pergerakan vofatilitas residu yang ada, maka hal tersebut dapat menjelaskan pergerakan tingkat resiko dimasa yang lalu yang selanjutnya akan digunakan untuk memperkirakan tingkat resiko di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam pengukuran time varying beta, interval yang akan digunakan adalah mingguan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya efek diskontinuitas serta mengurangi noise yang terjadi. Model conditional beta dapat bekerja dengan baik apabila didukung oleh kesuksesan dalam membangun model pada conditional volatility dari serial return pada data yang akan diteliti. Untuk menghitung conditional time varying beta, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu menghitung conditional covariance antara IHSS dan IHSG, conditional variance dari masing-masing sektor industri, dan conditional variance dari IHSG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Sektoral menunjukkan bahwa IHSG secara keseluruhan memiliki pengaruh yang cukup berarti dalam pergerakan IHSS pada periode penelitian. Sedangkan kurs rupiah terhadap US dollar kurs hanya mampu mempengaruhi pergerakan IHSS pada beberapa sektor industri saja seperti agriculture, finance, infrastructure, mining, miscellaneous industry, dan property. Sedangkan faktor lag juga turut mempengaruhi masing-masing sektor industri hanya pada periode tertentu saja. Selanjutnya jika dilihat dari hasil penelitian, terbukti bahwa beta industri mingguan pada sektor industri secara umum memang bersifat time varying of risk dan mampu menjelaskan mengenai kemungkinan adanya perbedaan resiko, dan resiko yang conditional terhadap informasi sebelumnya. Beta industri yang tidak terbukti bersifat time varying of risk paling banyak terjadi pada tahun pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1997, seluruh industri memiliki beta yang bersifat time varying of risk. Kinerja yang baik terhadap pembuktian terhadap pemodelan conditional beta ini sangat dipengaruhi oleh suksesnya penggunaan model GARCH(1,1) dalam menjelaskan conditional volatility dalam serial return data yang ada.