ABSTRAKJumlah penduduk kota Jakarta yang tergolong berpenghasilan rendah atau miskin adalah sekitar 68% dari keseluruhan jumlah penduduk (widyapura Desember 1985) dan mereka menghuni lingkungan permukiman buruk (slum area) yang luasnya sekitar 50% luas kata Jakarta (Ramto 1985). Kenyataan bahwa masyarakat yang berkualitas hidup rendah labih banyak dari pada yang berkualitas hidup tinggi, dan luasnya lingkungan permukimah buruk itu merupakan masalah utama kota Jakarta.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah D.K.I.(Pemda) Jakarta untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, tetapi hasilnya relatif kecil (Silaban et al. 1981; Karamoy et al. 1982). Upaya-upaya yang telah dilaksanakan tersebut bersifat fisik separti Proyek Mohamad Husni Thamrin - I, mau pun non-fisik seperti pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan sebagainya.
Mungkinkah kurang berhasilnya Pemda dalam mengatasi permasalahan di atas adalah karena terdapat perbedaan persepsi kualitas hidup antara masyarakat dengan Pemda mengenai faktor-faktor yang harus mendapat prioritas perbaikan, agar peningkatan kualitas hidup masyarakat berjalan lebih cepat? Mungkinkah ada Perbedaan persepsi mangenai cara-cara memperbaiki Faktor-faktor yang mempangaruhi peningkatan kualitas hidup itu ?
Adapun tujuan dari penalitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat mengenai kebutuhan pukok yang dirasakan, yang dapat mempercepat proses peningkatan kualitas hidup mereka. Berdasarkan hal tersebut akan dapat dirumuskan strategi peningkatan kualitas hidup masyarakat yang diteliti dan dapat pula ditentukan persyaratan tata ruang daerah penelitian.