Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi dewasa muda. Menurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1991) menikah dilalui oleh sebagian besar individu dewasa muda sebagai salah satu tugas perkembangannya. Dengan menikah, individu berada pada tahap ?pasangan baru? dalam siklus keluarga dimana ia menghadapi perubahan peran (Carter & McGoIdrick dalam Santrock, 2002).
Diantara banyak tugas masa awal pernikahan, salah satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah penyesuaian terhadap mertua dan keluarga pasangan masing-masing. Menurut Sadasivan (http://www.womenexelcom/ relationship/midiI.htm), hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua adalah hubungan yang unik dan sering menimbulkan masalah. Hal ini didukung pula dengan penelitian Silverstein yang menemukan konflik cenderung lebih besar dengan mertua dengan gender sama, artinya menantu perempuan dan ibu mertua cenderung memiliki hubungan yang berkonflik daripada menantu perempuan dengan aya.h mertuanya (dalam Bryant et al).
Dalam membina suatu hubungan, bisa dilihat kualitas hubungannya, dimana didalamnya terdapat interaksi dan komunikasi. Untuk membina komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan orang Iain, dibutuhkan kemampuan berempati dan penyesuaian yang baik pada masing - masing individu sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis (Goleman, 1998).
Menurut Rogers (1975) empati merupakan usaha untuk memahami seseorang, tidak hanya pemahaman terhadap apa yang tampak di luar, tetapi juga memahami dunia dalam dari seseorang itu.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran hubungan antara menantu perempuan dan mertua perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah. Selain itu dalam penelitian ini juga dilihat bagaimana gambaran empati yang dimiliki oleh menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua perempuan yang linggal bersama.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu menanm perempuan yang tinggal bersama ibu mertuanya selama satu sampai sepuluh tahun dan yang berusia pada rentang usia dewasa muda (20-30 tahun).
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran hubungan antara ketiga menantu dengan mertuanya masing - masing memiliki karakteristik yang unik, walauplm diantaranya terdapat persamaan dan perbedaan. Ketiga menantu berusaha untuk menghindari konflik dengan mertuanya, dan bemsaha untuk membina hubungan yang baik dengan mertuanya Ketiganya berusaha untuk memaklumi sikap - sikap dan kondisi mertuanya, dengan berusaha rnelayani kebutuhan memmya, mengikuti keinginan mertua dan memberikan penghargaan dengan memberikan sesuatu yang disukai oleh ibu mertuanya Namun dari ketiga subyek peneiitian, hanya satu yang memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab dengan mertuanya Menantu yang dekat dengan mertuanya ini sering melakukan kegiatan bersama seperti memasak, bertukar pengetahuan. Dan ada juga menantu perempuan yang tidak dekat den gan ibu mertuanya.
Penelitian inijuga menemukan beberapa hal yang memurut peneliti cukup penting untuk diperhatikan. Ditemukan adanya faktor - faktor yang mungkin bisa mempengaruhi kualitas hubmmgan antara menantu dan mertua Serta empati. Faktor - faktor tersebut diantaranya adalah kepribadian, perbedaan usia yang cukup jauh antara menantu dan mertua., kesamaan minat antara menamu dan merlua, peran suami yang bisa berperan sebagai penengah atau perantara antara isteri dan ibunya.
Saran yang dapat di berikan pada penelitian ini adalah variasi jumlah subyek perlu ditambah, supaya data-data atau informasi yang diperoleh bisa lebih kaya lagi dalam menggali gambaran hubungan antara menantu dan mertua, dan gambaran empati yang dimiliki menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua bisa lebih bervariasi lagi. Selain itu perlu juga dilakukan wawancara dengan suami, sehingga informasi yang diperoleh lebih kaya lagi mengenai hubungan antara menantu dan mertua dan dapat juga diketahui peran suami dalam hubungan tersebut.