Tujuan: Penelitian ini akan mencari korelasi antara pemeriksaan dengan sistim skoring (IPSS) dan hasil pemeriksaan uroflowmetri (Qmax) serta hasil pemeriksaan urodinamik ( BOOI ). Diharapkan akan diketahui sejauh mana data subyektif pasien berkorelasi dengan data obyektif.
Bahan dan Cara: Data dikumpulkan dari pasien yang dilakukan pemeriksaan di Poliklinik Khusus Urologi sejak bulan Oktober 2005 sampai dengan Mei 2006 dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
HasiI Penelitian: Terdapat 89 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Umur rata-rata 65,56 ±7,2 tahun. IPSS rata-rata 20,57+7,0. Pancaran kencing maksimal (Qmax) rata-rata 5,94 ±3,5 ml/detik. BOOI kategori obstruksi sebanyak 56 (65,1%) pasien, ekuivokal 20 (23,3%) dan tidak obstruksi sebanyak 10 (11,6%). Koefisien korelasi antara IPSS dan Qmax adalah r = - 0,32 (sangat lemah) signifikansi p = 0,002. Koefisien korelasi antara IPSS dengan BOOI adalah r = 0,28 p = 0,008. Koefisien korelasi antara Qmax dan BOOI adalah r = - 0,45 p = 0,00. Hasil uji Anova didapatkan adanya perbedaaan Qmax yang bermakna p=0,041 (p<0,05) diantara derajat LUTS. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan BOOT yang bermakna (p=0,093) diantara derajat LOTS. Tidak ada perbedaan Qmax yang bermakna (p = 0,12 ) diantara BOOT.
Kesimpulan: Keluhan LUTS yang diukur dengan IPSS mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan obyektif yang diukur dengan uroflowmetri dan urodinamik. Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan urodinamik.