Prasangka in group-out group eksis dalam perilaku berkelompok. Terbentuknya sikap prasangka diawali oleh proses kognisi, yaitu penerimaan informasi yang menjadi penilaian negatif oleh satu kelompok tentang kelompok lain yang disebabkan karena hal-hal yang bersifat subyektif dan tidak berdasarkan fakta. Dalam situasi hubungan antar kelompok yang saling berkompetisi secara tidak sehat maka prasangka menyebabkan suasana hubungan antar kelompok menjadi tegang sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan konflik antar kelompok.
Prasangka in group-out group adalah fenomena sikap yang bersifat laten sehingga tidak mudah untuk diketahui. Penilaian dan sikap kelompok sangat terkait dengan proses dinamika kelompok, dimana penilaian dan sikap kelompok dipengaruhi oleh sikap-sikap individu anggota kelompok. Demikian sebaliknya, penilaian dan sikap individu anggota kelompok juga sangat dipengaruhi sikap kelompok. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh individu-individu sebagai anggota kelompok dalam membentuk sikap kelompok, dan kuatnya pengaruh sikap kelompok dalam membentuk sikap anggota kelompok. Sikap kelompok dianggap menjadi sesuatu yang bersifat konformitas.
Penguatan sikap prasangka oleh satu kelompok kepada kelompok lain juga dipengaruhi oleh proses identitifikasi kelompok. Identifikasi kelompok yang menjadi diterminasi anggota kelompok untuk membedakan kelompoknya dengan kelompok lain, telah melahirkan ego kelompok yang berlebihan sehingga kelompoknya dianggap mempunyai status lebih tinggi dari kelompok lain. Sesuatu yang berasal dari kelompoknya dianggap paling benar. Demikian sebaliknya, sesuatu yang berasal dari luar kelompoknya dianggap tidak benar. Hal inilah yang memunculkan penilaian yang subyektif oleh satu kelompok terhadap kelompok lain.
Penilaian yang subyektif dan tidak berdasarkan fakta merupakan bukti adanya proses pemberian informasi yang tidak benar. Untuk merubahnya diperlukan proses komunikasi yang terarah dan berimbang. Terarah berarti, dialog dua kelompok dilakukan untuk tercapainyan tujuan yaitu tukar-menukar informasi untuk menumbuhkan sikap saling memahami. Berimbang berarti, kedua kelompok didudukkan dalam status yang sama sehingga akan saling menghargai.
Untuk melakukan komunikasi antar kelompok sebagai sarana kontak sosial antar kelompok, maka perlu dilakukan modifikasi format dan agenda pertemuan. Pertemuan antar kelompok preskriptif dipilih menjadi program intervensi dalam rangka mengurangi prasangka in group-out group karena merupakan proses komunikasi yang memodifikasi format dan agenda pertemuan. Pertemuan perwakilan kelompok yang menjadi format pertemuan diarahkan tidak saja untuk saling tukar informasi tetapi juga diagendakan kegiatan bersama.