UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Perbandingan validitas pendekatan sindrom dan pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum dalam penegakan diagnosis trikomoniasis pada perempuan pengunjung klinik mobil : Yayasan Sehati di Bali tahun 1998-2000 = Validity comparison between syndromic approach and syndromic approach with speculum examination in diagnosing trichomoniasis among women presenting to mobil clinic of Sehati Foundation, Bali 1998-2000

Siti Nurul Qomariyah; Asri C. Adisasmita, supervisor (Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Penentuan pengobatan untuk trikomoniasis yang merupakan IMS yang cukup prevalen pada perempuan di Indonesia dengan pendekatan sindrom (seperti tertera dalam Pedoman Penatalaksanaan PMS Berdasarkan Pendekatan Sindrom, Fasilitas Laboratorium Sederhana dan Laboratorium Khusus yang dikeluarkan oleh Depkes tahun 1996) maupun pendekatan sindrom yang dilengkapi perneriksaan spekulum melalui alur gejala adanya duh tubuh vagina dianggap tidak cukup baik dilihat dari segi sensitivitas dan spesifisitas. Informasi tentang validitas kedua pendekatan ini belum tersedia di Indonesia. Penerapan suatu pendekatan dengan validitas rendah akan menyebabkan terjadinya overtrealment atau tidak terobatinya pasien. Tujuan utama dari penelitian dengan desain potong lintang ini adalah diketahuinya perbandingan validitas pendekatan sindrom dan pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum dalam penegakan diagnosis trikomoniasis pada perempuan pengunjung klinik mobil keliling Yayasan Sehati di Bali dengan gold standard pemeriksaan wet mount.
Dari 409 perempuan yang dilibatkan dalam penelitian ini didapatkan prevalensi trikomoniasis (lab wet mount) adalah 17,1% rnenderita. Sementara pendekatan sindrom menemukan 57,9% pasien menderita trikomoniasis dan pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum 42,8%. Pada total sampel, spesifisitas pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum (62,8%) secara statistik (P-vaIue:0,000) lebih tinggi dibanding pendekatan sindrom murni (46,6%). Sebaliknya, nilai sensitivitasnya lebih rendah, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna. Nilai kecocokan kedua pendekatan terhadap pemeriksaan lab wet mount berada pada kategori ?kecocokan buruk" (Kappa pendekatan sindrom murni: 0,137 dan pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan speculum: 0,206). Pada seluruh strata dari berbagai variabel, nilai spesifisitas pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum lebih tinggi dibanding nilai spesifisitas pendekatan sindrom murni dan perbandingan tersebut hampir selumhnya bermakna secara statistik. Hampir pada seluruh strata dari berbagai variabel sensitivitas pendekatan sindrom mumi lebih tinggi dibanding sensitivitas pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum, namun seluruh perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Nilai Kappa pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum umumnya lebih tinggi dari nilai Kappa pendekatan sindrom murni.
Analisis multivariat akhir mendapatkan enam variabel yang berhubungan dengan infeksi trikomoniasis sebagai berikut: 1) pemakaian kontrasepsi IUD (OR 3,925, 95% CI 1,693-9,097), 2) gejala duh tubuh vagina abnormal (OR 5,054, 95% CI 2,142-11,92l), 3) duh vagina berbusa (OR 4O,60I, 95% CI: 11,877-l38,790), 4) duh vagina banyak encer (OR 6,985, 95% Cl:2, 932-I6,642), 5) eritema vagina (OR 19,806, 95% CI 7,601- 51,61 1), dan 6) tes amine (OR 3,856, 95% C1 1,503-9,890).
Validitas hasil pemeriksaan spekulum sebagai satu-satunya kriteria diagnosis menunjukkan spesisifitas dan angka kecocokan (Kappa) yang lebih tinggi dari pendekatan sindrom maupun pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum, namun angka sensitivitasnya rendah. Penggabungan hasil pemeriksaan spekulum dengan faktor risiko perilaku pasangan/pasien memiliki pasangan lebih dari satu justru menurunkan angka kecocokannya dalam diagnosis trikomoniasis.
Kesimpulan utama yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa spesifisitas pendekatan sindrom yang dilengkapi pemeriksaan spekulum lebih tinggi dari spesifisitas pendekatan sindrom murni. Nilai kecocokan kedua pendekatan tersebut terhadap pemeriksaan lab wet mount berada pada kategori kecocokan buruk.
Saran yang diajukan adalah perlunya pengkajian kembali kebijakan penanganan IMS melalui pendekatan sindrom. Pedoman perlu dibuat sesuai dengan kelompok risiko perilaku: pada kelompok risiko rendah, penerapan pendekatan sindrom khususnya untuk trikomoniasis seharusnya dibatasi hanya pada sarana-sarana yang tidak memiliki fasilitas Iaboratorium sederhana atau pemeriksaan spekulum karena akan mernberi nilai false positive tinggi. Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan merancang penelitian yang khusus dibuat untuk menilai pendekatan sindrom ini secara menyeluruh (tidak hanya untuk trikomoniasis), dengan data yang bersifat prospektif, memasukkan semua variabel yang diperlukan dan dengan sampel yang mencukupi. Selain itu perlu juga dilakukan perbandingan validitas kedua pendekatan pada kelompok perilaku berisiko yang berbeda.

 File Digital: 1

Shelf
 T13168-Siti Nurul Qomariyah.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T13168
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Universitas Indonesia, 2004
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : xvii, 113 hlm. ; 30 cm. + Lamp.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T13168 15-20-937661862 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 99247
Cover