Pendekatan psikologi menjadi salah satu perspektif yang kerap digunakan untuk menggali motivasi teroris dan intervensi dalam program deradikalisasi. Secara spesifik pendekatan psikologi ditempatkan untuk membangun profil, penilaian risiko, dan modifikasi perilaku. Dari tujuan tersebut, tampak bahwa terorisme dipahami sebagai sebuah perilaku, padahal ia juga merupakan proses mental yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan perilaku sekaligus. Distorsi kognitif pada diri teroris menjadi sumber permasalahan yang disepakati masyarakat, akademisi, maupun pemangku kepentingan. Sayangnya dinamika ketiga domain tersebut tidak benar-benar didiskusikan lebih jauh. Penelitian ini berupaya mengelaborasi dinamika domain kognitif, afektif, dan perilaku mantan narapidana terorisme Muslim dari tradisi keilmuan Islam klasik yang mampu menyuguhkan aspek psikospiritual, yaitu melalui teori ilm (ilmu), hal (kondisi hati), dan amal (aksi) milik Imam Al Ghazali. Memahami proses interaksi ketiga domain menjadi penting dalam upaya perumusan program intervensi yang tepat sesuai kebutuhan para teroris yang mengidentifikasikan diri sebagai ‘jihadis’. Walaupun agama dalam kasus terorisme menjadi kambing hitam, kebutuhan transenden yang dibangun lewat ajaran agama pada tiap-tiap ‘jihadis’ sedikit banyak tetap memiliki andil dalam membentuk motivasi mereka untuk terlibat dalam pemahaman dan/atau kelompok teror. Penelitian ini menemukan bahwa domain ilmu dan hal berkompetisi dalam membentuk motivasi ‘jihadis’.
Psychology has become one of those promising approaches to study terrorists’ motivation and intervention in deradicalization program. This approach specifically attempts to construct profiling, risk assessment, and behavior modification. From those objectives terrorism tends to be seen as behavioral problem, whereas it is a mental process that includes cognitive, affective, and behavioral aspects. Cognitive distortion of terrorist as the source of problem becomes common understanding among society, scholars, and stakeholders. Unfortunately, as far as this research is being conducted, the dynamics of the three-domain left undiscussed. The study elaborates how cognitive, affective, and behavior of former Muslim terrorist convict interact from Imam Al Ghazali’s perspective that offers psychospiritual aspects that is ilm (knowledge), hal (heart condition), and amal (action). Comprehension of the three-domain’s dynamics become crucial to construct precise intervention program based on terrorists’ —who identify themselves as ‘jihadist’— spiritual needs. Although religion in the case of terrorism becomes scapegoat, transcendent need built through religious teachings in each ‘jihadist’ somehow has part in enforcing their motivation. This research found that ilm and hal intensely compete each other to dominate ‘jihadist’ motivation.