Latar Belakang:
Sindrom mata kering atau dry eye sebagai suatu penyakit multifaktor yang ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata diikuti dengan keluhan akibat instabilitas lapisan air mata, keadaan hiperosmolaritas, inflamasi dan kerusakan permukaan okular dimana abnormalitas neurosensori berperan penting. Keluhan subjektif dry eye disertai faktor resiko dapat menjadi suatu skala terukur melalui suatu kuesioner yang tervalidasi untuk menunjang penegakan diagnosis serta terapi pasien. Hingga saat ini belum terdapat suatu kuesioner dry eye spesifik yang terintegrasi mulai dari skrining, diagnosis hingga follow up untuk populasi Indonesia yang berbahasa Indonesia.
Tujuan:
Menghasilkan kuesioner untuk menyaring, mendiagnosis dan menilai hasil terapi dry eyes menggunakan metode modifikasi Delphi pada populasi di Indonesia.
Metode:
Menggunakan metode modifikasi Delphi yaitu metode dengan mengembangkan suatu studi literatur sistematis membentuk draft awal kuesioner dry eye yang kemudian ditanyakan kepada partisipan dokter spesialis mata ahli Infeksi dan Imunologi yang tergabung dalam Indonesian Ocular Infection and Immunology Society (INOIIS). Metode ini terdiri dari tiga ronde dan focus group discussion (tentatif).
Hasil:
Dua puluh tujuh partisipan dokter spesialis mata Infeksi dan Imunologi mengikuti 3 ronde metode modifikasi Delphi hingga akhir. Telaah sistematik dilakukan dan mendapatkan kuesioner dengan validitas dan reliabilitas baik yang dijadikan bahan pertimbangan item pertanyaan awal pada ronde 1. Didapatkan 22 item pertanyaan pada kategori pertanyaan skrining, 6 item pertanyaan pada kategori diagnosis dan 9 item pertanyaan pada kategori follow up.
Kesimpulan:
Seluruh pertanyaan pada item pertanyaan skrining, diagnosis dan follow up pada kuesioner sindrom mata kering merupakan hasil kesepakan yang didapatkan melalui tiga ronde metode modifikasi Delphi.
Background:Dry eye syndrome is a multifactorial disease characterized by loss of tear film homeostasis followed by complaints of tear film instability, hyperosmolarity, inflammation and damage to the ocular surface in which neurosensory abnormalities play an important role. Subjective complaints of dry eye with risk factors can be a measurable scale through a validated questionnaire to support diagnosis and patient therapy. There is no specific and comprehensive dry eye questionnaire for screening, diagnose and follow up dry eye patient for the Indonesian population.Objective:Produced a questionnaire to screen, diagnose and assess the results of dry eyes therapy using the modified Delphi method in Indonesia.Method:Using the modified Delphi method, which is a method by developing a systematic literature study to form an initial draft of a dry eye questionnaire which then asked to participants the subspecialist ophthalmologists in Infection and Immunology who are member of the Indonesian Ocular Infection and Immunology Society (INOIIS). This method consists of three rounds and a focus group discussion (tentative).Result:Twenty-seven participants, ophthalmologists of the infection and immunology subspecialists, followed 3 rounds of the modified Delphi method until the end. A systematic review was carried out and obtained a questionnaire with good validity and reliability which was used as the draft of the initial question items in round 1. There were 22 question items in the screening question category, 6 question items in the diagnosis category and 9 question items in the follow-up category.Conclusion:All questions on the screening, diagnosis and follow-up questions on the dry eye syndrome questionnaire were the result of agreement obtained through three rounds of the modified Delphi method.