Pranata mangsa sebagai salah satu peninggalan budaya masa lalu telah dikenal sebelum abad ke 16. kebudayaan arif ini dibuat sebagai panduan pertanian bagi masyarakat Jawa sehingga pandangan masyarakat Jawa mengenai alam semesta secara tidak langsung tertuang di dalamnya. Penggunaan bahasa kawi yang indah tidak berarti tidak bisa dijabarkan realitasnya secara ilmiah setiap mangsa nya. Dari generasi ke generasi, pengetahuan pranata mangsa di tengah petani Jawa diwariskan secara lisan dengan memperhatikan ciri-ciri alam. Hal ini membuat pengetahuan pranata mangsa yang berkaitan dengan ciri-ciri alam tersampaikan melalui proposisi berbentuk metafora tidak banyak diketahui di tengah petani Jawa saat ini. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna metafora dalam proposisi pranata mangsa. Penelitian ini adalah penelitian linguistik dengan sumber data berupa buku pranata mangsa oleh Rimanang (2016). Objek dalam penelitian ini adalah makna dari metafora atau proposisi yang dibentuk oleh satuan-satuan kata dalam setiap mangsa nya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori metafora dari Lakoff dan Johnson (1987) yang dikembangkan oleh Rahyono (2012). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap mangsa dalam pranata mangsa memiliki makna yang dapat dijelaskan dan dideskripsikan secara ilmiah. Masyarakat Jawa menyelaraskan pengetahuan dengan pandangan hidupnya. Di temukan hubungan yang kuat dari pandangan masyarakat Jawa terhadap alam semesta, keselarasan, dan kesatuan eksistensi di mana setiap gejala memiliki arti yang melebihi dari sekedar yang nampak atau empiris.
Pranata Mangsa as one of the cultural heritages of the past was known before the 16th century. This wise culture was made as an agricultural guide for the Javanese people so that the Javanese people's view of the universe was indirectly contained in it. The use of the beautiful kawi language does not mean that its reality cannot be explained scientifically every mangsa. From generation to generation, Pranata Mangsa's knowledge among Javanese farmers was passed down orally with due regard to natural characteristics. This makes Pranata Mangsa's knowledge related to natural characteristics conveyed through propositions in the form of metaphors not widely known among Javanese farmers today. Therefore, this study aims to describe the metaphorical meaning in Pranata Mangsa propositions. This research is a linguistic research with a data source in the form of Pranata Mangsa books by Rimanang (2016). The object in this study is the meaning of the metaphor or proposition formed by the word units in each mangsa. This study uses a qualitative descriptive method and metaphor theory from Lakoff and Johnson (1987) which was developed by Rahyono (2012). The results of this study indicate that each mangsa in Pranata Mangsa has a meaning that can be scientifically explained and described. Javanese people align knowledge with their way of life. A strong relationship was found from the Javanese people's view of the universe, harmony, and the unity of existence where every phenomenon has a meaning that goes beyond what is visible or empirical.