Pendahuluan: Hernia inguinal strangulata merupakan kasus kegawatdaruratan bedah yang sering ditemui dan dapat terjadi translokasi bakteri. Klinis strangulata bisa menjadi faktor risiko terjadinya infeksi daerah operasi (IDO) pascaoperasi. Penggunaan mesh merupakan standar tata laksana untuk operasi hernia inguinal elektif, namun penggunaannya pada operasi hernia inguinal strangulata masih kontroversial karena diduga meningkatkan risiko terjadinya IDO. Tujuan penelitian ini adalah menilai kejadian IDO pasca operasi hernia inguinal strangulata dengan/tanpa penggunaan mesh.
Metode: Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis yang disusun berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Kriteria inklusi meliputi artikel yang melaporkan keluaran kejadian IDO pada operasi hernia menggunakan mesh (Lichtenstein) dan tanpa mesh (Bassini). Artikel yang digunakan diambil dari basis data Cochrane, MEDLINE, EBSCOhost, Scopus, Proquest, ClinicalTrials.gov, dan ICTRP.
Hasil: Pencarian literatur didapatkan 275 studi dengan 5 studi yang memenuhi kriteria. Jumlah total subjek 382 orang, 228 (59,7%) di antaranya menjalani prosedur operasi menggunakan mesh (Lichtenstein). Kejadian IDO pada kelompok yang menggunakan mesh (Lichtenstein) 8,3%, lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan mesh (Bassini) 12,9%. Selain itu, kejadian rekurensi juga lebih rendah pada kelompok yang menggunakan mesh (Lichtenstein)dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan mesh (Bassini), yaitu 0,4% vs 1,9%.
Kesimpulan: Penggunaan mesh (Lichtenstein) merupakan tata laksana yang lebih baik untuk pasien dengan hernia inguinal strangulata tanpa perforasi usus dibandingkan tanpa mesh (Bassini). Penggunaan mesh tidak meningkatkan kejadian IDO dan rekurensi pasca operasi.
Introduction: Strangulated inguinal hernia is a common surgical emergency case that can cause bacterial translocation. Hernia strangulation is a risk factor for surgical site infection (SSI) following hernia surgery. The use of mesh is the standard treatment for an elective inguinal hernia operation, however, its use in strangulated inguinal hernia is still controversial because it is thought to increase the risk of SSI. Aim and Goal: The aim of this study is to evaluate the better treatment between repair with mesh and without mesh in patients with strangulated inguinal hernia. Method: This study is a systematic review written based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). The inclusion criteria are articles that report SSI incidence following operation with mesh (Lichtenstein) and without mesh (Bassini). Studies were obtained from Cochrane, MEDLINE, EBSCOhost, Scopus, Proquest, ClinicalTrials.gov, and ICTRP databases. Result: A total of 275 studies were obtained from literature searching, 5 of which were included in this study. Of the total 382 subjects, 228 subjects (59.7%) underwent repair with mesh (Lichtenstein). The incidence of SSI in operation with mesh (Lichtenstein) was 8.3%, lower compared to those without mesh (Bassini) which was 12.9%. In addition, the incidence of hernia recurrence is also lower in operation with mesh (Lichtenstein) compared to without mesh (Bassini), 0.4% vs 1.9%. Conclusion: The use of mesh is the better treatment procedure for strangulated inguinal hernia compared to without mesh. It does not increase SSI and hernia recurrence following operation.