Jauh hari sebelum Sutardji Calzoum Bachri kukuh dengan kredo puitiknya, ia terlebih dulu sudah menulis cerpen dan mempublikasikannya. Cerpen-cerpen Sutardji telah muncul secara produktif sejak 1960-an. Beberapa cerpen itu terpublikasikan di Aktuil dan Mahasiswa Indonesia Edisi Djabar, selain kemudian juga di Horison, Pelita, dan Kompas. Sayang sekali, Tardji bukan seorang dokumentator. Ia tidak memiliki arsip cerpen-cerpennya sendiri. Bahkan, ia sering lupa kapan dan di mana karyanya pernah terbit.